Kekeringan, Klaim Asuransi Padi Tembus Rp5 Miliar

Kekeringan, Klaim Asuransi Padi Tembus Rp5 Miliar

CIREBON-Klaim asuransi usaha tani padi di wilayah III Cirebon, sampai bulan Agustus tahun 2018 mencapai lebih dari Rp5 miliar lebih.  Banyak ajuan klaim ini didominasi lantaran dampak kekeringan. Menurut Kepala Kantor Cabang Asuransi Jasindo Cirebon Dani Setiawan  mengatakan, rekap data klaim asuransi usaha tani padi dari awal Januari hingga Agustus 2018, mencapai Rp5 miliar lebih. Di antaranya Kabupaten Cirebon yang mengalami dampak terluas dan terbanyak yakni sekitar 764 hektare lahan persawahan. “Sekitar 764 hektare lahan sawah, dengan nilai klaim asuransi mencapai Rp4,5 miliar lebih,” ungkap Dani kepada Radar Cirebon. Menurutnya, 70 persen klaim asuransi diakibatkan karena dampak kekeringan sawah. Daerah lainnya seperti Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramyu dan Kuningan juga mengalami dampak kekeringan sekitar 100 hektare lebih. Dikatakannya, sejauh ini tingkat kesadaran petani masih sangat kurang. Karena masih banyak yang belum terdaftar dalam asuransi Jasindo, padahal asuransi sangat membantu saat petani mengalami gagal panen. “Sampai saat ini, data peserta asuransi usaha tani sewilayah III Cirebon, hanya sekitar 11.100 hektare,” tukas Dani. Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Dr Ir Ali Effendi MM justru menyampaikan, di musim gadu pertama tahun ini, jumlah sawah yang ditanami padi ialah 45 ribu hektare. Namun, akibat kurangnya ketersediaan air, membuat banyak sawah mengalami kekeringan dan gagal panen. “Jumlah laporan terakhir itu 136 hektare yang mengalami puso. Yang terbanyak di wilayah timur seperti di Kecamatan Pangenan. Kalau untuk wilayah barat cenderung aman,” ujar Ali. Ia menjelaskan, kekeringan yang terjadi meliputi kategori ringan, sedang dan berat yang jumlahnya mencapai ratusan hektare. Sawah yang mengalami kekeringan pun cenderung ada di wilayah timur Kabupaten Cirebon. Sebab, selain tidak mempunyai embung, Waduk Darma, Setu Patok, dan Sedong yang menjadi penyuplai air untuk para petani di wialyah tersebut sudah tidak ada air. “Kalau untuk wilayah barat dan utara cenderung masih aman, karena masih dapat suplai air dari Waduk Jati Gede,” ungkap Ali. Ia mengaku, sebelumnya Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon sudah memberikan bantuan berupa pompa air dan pembuatan sumur pantek, sebagai upaya menangani kekeringan dan mencegah terjadinya gagal panen. Tetapi menurutnya, banyak juga wilayah yang saluran atau irigasinya sudah tidak ada air. Begitupun untuk sumur pantek yang telah dibuat, beberapa wilayah mengalami hal yang sama, sumber airnya sudah tidak keluar. Maka, lanjutnya, solusi ke depan yakni harus membuat embung di beberapa titik untuk menampung air saat musim penghujan dan bisa disalurkan untuk pertanian ketika musim kemarau. “Sebab kita sekarang hanya punya tiga embung, yang berada di wilayah barat, utara dan selatan. Di samping itu normalisasi setu juga perlu dilakukan, meski ini sebenarnya bukan ranah kami ya,” tandas Ali. (via)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: