Hari Aksara Internasional , Taman Bacaan Dorong Berantas Buta Huruf

Hari Aksara Internasional , Taman Bacaan Dorong Berantas Buta Huruf

CIREBON-Indonesia memperingati  Hari Aksara Internasional pada 9 September setiap tahunnya sejak 1966. Meski sudah lebih dari 50 tahun, faktanya angka buta aksara di Indonesia masih cukup tinggi begitupun dengan Kabupaten Cirebon. Kepada Radar Cirebon, Pimpinan Taman Bacaan Masyarakat Kabupaten Cirebon MR Zain SPd MPd mengakui, masih banyak masyarakat khususnya peserta didik SD maupun SMP yang belum entas aksara atau belum mampu membaca sesuai pada kemampuan efektif membaca (KEM). \"Keberadaan taman bacaan masyarakat menjadi salah satu upaya pemerintah beserta komunitas literasi dalam mengentaskan buta aksara. Kami bergerak untuk membantu pemerintah mengentaskan buta aksara,\" katanya kepada Radar Cirebon. Menurutnya, tak mudah mengentaskan buta aksara pada masyarakat terutama mereka yang tinggal jauh di pedalaman. Namun, ia memastikan pemerintah berperan penuh memudahkan komunitas literasi menjangkau masyarakat yang tak terjangkau fasilitas. \"Kami berkolaborasi dengan pemerintah dan PGRI untuk mengentaskan butu huruf juga gemar berliterasi,\" ujarnya. Menurutnys, pendirian taman-taman bacaan dalam mendorong minat baca anak dan masyarakat sangat baik. Selain itu, pendampingan keluarga dapat membuat anak menjadi melek aksara. Hal ini misalnya, dapat dilakukan dengan mendampingi anak-anak dalam membacakan buku, atau mendongeng bersama. Gerakan literasi keluarga memiliki beragam kegiatan. Antara lain literasi baca tulis, yakni keluarga memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan mengolah informasi saat membaca dan menulis. Selain itu juga ada ragam Literasi Digital, yaitu kemampuan menggunakan dan mengelola media digital secara bijak, cerdas, cermat, dan tepat untuk berinteraksi serta mendapatkan informasi yang bermanfaat. Lantas literasi finansial, yakni kecakapan keluarga dalam mengelola keuangan demi terciptanya kesejahteraan keluarga. \"Dalam pengertian ini, literasi juga dipahami sebagai proses belajar sepanjang masa (life-long learning) dalam rangka menjadi subjek, yaitu karakter manusia yang bijak, kritis, kreatif, dan peduli serta dapat bersimpati, berempati, dan berkompati (compathy) pada diri, sesama manusia, serta lingkungan hidupnya,\" tandasnya. (via)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: