Mengenang Pertempuran Laut Cirebon dan Kapten Samadikun

Mengenang Pertempuran Laut Cirebon dan Kapten Samadikun

CIREBON-Masyarakat Kota Cirebon, tak asing mendengar sebutan Kapten Samadikun. Terutama terkait penamaan nama jalan yang berada di jalur pesisir. Penggunaan nama tersebut merupakan bentuk penghargaan. Mengenang Kapten Samadikun, yang gugur bersamaan dengan karamnya KRI Gajah Mada. Tahun baru saja berganti. Hari itu, 5 Januari 1974 matahari belum juga tinggi. Tapi perairan teluk Cirebon sudah panas. Raungan mesin kapal perang dan dentuman meriam, membuat pagi itu begitu mencekam. Serangkaian tembakan yang diarahkan ke KRI Gajah Mada, membuat kapal modifikasi Coaster 150 ton buatan Singapura itu karam. Letkol Laut Samadikun turut gugur bersamanya. Buletin Kesejarahaan TNI AL halaman 50 menyebutkan, KRI Gajah Mada merupakan kapal perang, Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Pangkalan III Cirebon. Yang dibeli pada Oktober 1946 dari Singapura dan dinamakan Gadjah Mada. Karena pada lambungnya masih tertera angka 408, juga dikenal sebagai Gadjah Mada-408. Buletin yang diterbitkan di HUT Ke-73 TNI AL mengisahkan pertempuran di laut Cirebon. Yang terjadi ketika ALRI Pangkalan III tengah latihan gabungan perang laut bersama Angkatan Darat, ALRI, Polisi dan laskar-laskar di Karesidenan Cirebon. Latihan gabungan itu berlangsung 1-5 Januari. Namun ada juga yang menyebutkan latihan dilaksanakan 4-6 Januari. Kapal Gajah Mada dijadikan sebagai Kapal Pimpinan ALRI Pangkalan III Cirebon. Di bawah komando Letnan I Samadikun. KRI Gajah Mada memimpin iring-iringan Kapal Patroli P-8 yang dipimpin Letnan I Sukamto, Kapal Patroli P-9 yang dipimpin Letnan Satu Supomo, Kapan Tunda Antareja serta Kapal Tunda Semar yang dipimpin Letnan I Toto PS. Iring-iringan kapal latihan ini berlayar menuju utara. Di tengah laut berpapasan dengan Kapal HM Kortenaer milik Belanda. Pada jarak empat mil Kapal Belanda mengirim isyarat untuk eskader ALRI agar berhenti, hal itu tidak dipatuhi. Bahkan Lettu Samadikun memerintahkan kapal eskader untuk melakukan olah gerak dari formasi lini ke formasi diamond. Melihat manuver itu, kapal Belanda melakukan penembakan terhadap Kapal Patroli P-8 dan meleset. Lettu Samadikun mengambil Komando dan memerintahkan unsur eskader melakukan despersi menghindar. Sementara KRI Gajah Mada mengambil posisi serang. Hal itu dilakukan agar tidak semua eskader mengalami kehancuran. Tembakan kedua Kapal Belanda langsung diarahkan ke KRI Gajah Mada tepat ke lambung kanan, hingga rusak dan bocor. Situasi menjadi tidak mungkin bertahan, Lettu Samadikun memerintahkan pasukan meninggalkan kapal, lalu mengambil senjata Kaliber 12,7 mm dan melakukan tembakan balasan. Kapal Belanda menembakkan meriamnya bertubi-tubi ke arah KRI Gajah Mada. Akhirnya peluru ke 12 dari meriam Belanda menenggelamkannya. Bersama Lettu Samadikun. Dari tragedi tersebut, Komandan Kapal Letnan I Samadikun ikut gugur. Dua hari kemudian, tepatnya pada 7 Januari 1947 jasadnya ditemukan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawasan (TMP) Kesenden Kota Cirebon. Untuk memberi penghargaan pada jasa-jasanya, pangkatnya dinaikan dari Letnan I menjadi Kapten. Atas jasa-jasanya tersebut, namanya diabadikan sebagai nama jalan yang kini bisa kita sebut sebagai Jalan Kapten Samadikun di wilayah pesisir Kota Cirebon. Dari sejumlah sumber disebutkan bahwa pertempuran ini terjadi selang setahun dari perjanjian Linggarjati yang dilakukan Antara RI dengan Belanda dari tanggal 7–15 Januari 1946. Eskader ALRI pada perundingan Linggarjati mendapat tugas sebagai pengaman, pengawal dan pengangkut delegasi Belanda yang datang lewat laut. Hasil perundingan itu menimbulkan pro dan kontra, dan berpotensi menimbulkan perpecahan diantara para pejuang. Ditinjau dari sudut pandang militer perjanjian itu sangat melemahkan perjuangan Bangsa Indonesia. Menghadapi situasi seperti itu Panglima Besar Jenderal Sudirman memberikan instruksi untuk tetap waspada dan bersatupadu menghadapi musuh. Sebagai penjabaran dari instruksi Panglima Besar Sudirman, di Cirebon dibentuk Gabungan Komando Bersenjata dan segera mengadakan manuver latihan pada Januari 1947.  (myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: