Begini Kisah Rochmat dan Sanusi di Proyek PLTU Cirebon Power II

Begini Kisah Rochmat dan Sanusi di Proyek PLTU Cirebon Power II

CIREBON-Kesempatan itu selalu ada untuk mereka yang mau membuka diri terhadap hal baru, juga mau menghadapi tantangan. Sanusi Ali dan Rochmat, telah membuktikannya. Dua pemuda desa, di proyek pembangkit listrik Cirebon Power. Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB. Beberapa pekerja tengah beristirahat di beberapa shelter. Sanusi Ali menuangkan kopi yang ia bawa dari rumah. Kemudian menawarkan kepada saya, untuk turut mencicipi. Di area proyek yang super sibuk itu, cukup sulit bisa berinteraksi dengan pekerja. Ada banyak perusahaan yang terlibat. Mereka terfokus pada bagiannya masing-masing. Agak langka, apalagi ada yang membuka diri untuk sekadar ngopi bareng dan berbincang. Sanusi membuka cerita yang membawa saya ikut membayangkan kondisi ayah dua anak itu, kurang lebih tiga tahun yang lalu. “Dulu saya sopir truk galian. Jalanin truk punya bos,” tutur Sanusi, sembari menuangkan kopi capuccino kemasan siap seduh. Dari ceritanya, bisa disimpulkan. Sopir truk galian ibarat marketing sekaligus pelaksana pekerjaan. Sementara pemilik truk adalah bos-nya. Para sopir ini mencari pesanan pasir sendiri, mencari sumber galian tipe C dan mengangkut ke lokasi sesuai permintaan klien. Sementara sang bos,  sebatas pemilik kendaraan yang ”dipinjamkan” kepada para sopir. Sanusi tak pernah menyangka bisa terlibat di proyek pembangunan pembangkit listrik Cirebon Power Unit II. Awalnya, sekadar coba-coba peruntungan. Begitu proyek urugan di pembangkit listrik tuntas, Sanusi coba memanfaatkan kesempatan. Ia mengirim lamaran ke PT Karangmas Unggul. Rupanya, ia tak salah membaca peluang. Sekitar empat bulan yang lalu, warga Desa Kanci Kulon tersebut sudah resmi bekerja di perusahaan yang menjadi sub kontraktor di pembangunan pembangkit berkapasitas 1000 MW itu. “Hari ini naro (lamaran), besok kerja. Nggak ada tuh calo atau yang minta-minta uang,” tandas Sanusi, yang saat ini menangani bekisting di pembangunan turbine control. Setiap harinya, ia mulai bekerja pukul 07.00, istirahat pukul 12.00 dan selesai pukul 17.45 WIB. Sanusi tak ingin sekadar bekerja. Ia ingin membuktikan bahwa selama kerja pun terus belajar, memperbaharui pengetahuan dan meningkatkan keterampilan, maka peluang akan terus terbuka. “Orang istirahat banyak yang pulang. Saya nggak pulang. Saya belajar ini, itu. Uang nomor 3 dan 4, saya ingin selesai di sini punya kemampuan yang lain. Jadi bisa buka usaha atau kerja di proyek lagi,” tuturnya. Selama empat bulan terakhir, ia merasa banyak ilmu baru yang dipelajari. Mulai dari elektrik, mekanikal hingga welding. Tentu kesempatan semacam ini, tidak bisa banyak orang mempelajari. Bersama rekannya dari Desa Kanci Kulon, Sanusi mengaku menikmati pekerjaannya. Selain dari penghasilan bisa menabung, lulusan SMA Sindang ini berharap bisa memiliki usaha ataupun bekerja di proyek tetapi dengan ”jabatan” yang lebih baik. “Ya dari helper, siapa tau jadi fitter 2 di proyek,” ucapnya. KEJAR KOMPETENSI SAMPAI KE JAKARTA Kisah Sanusi adalah sisi lain dari sebuah proyek. Rochmat ada di sisi lain yang berbeda. Ia adalah Safety Officer PT Karangmas Unggul. Yang sudah empat bulan terakhir bekerja di pembangunan pembangkit. Ahli Muda Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini, sempat bekerja di salah satu perusahaan sub kontraktor saat pembangunan PLTU Unit I Cirebon Power. Selepas proyek selesai, ia menaruh minat di Bidang K3. Tak sekadar berminat, ia berusaha mewujudkan keinginannya. Rochmat mengambil sertifikasi Ahli K3 di Jakarta dan kini memegang sertifikat K3 Ahli Muda. Ia pun berhasil menembus seleksi di PT Karangmas Unggul. Ia mengakui, kehadiran proyek PLTU 2 Cirebon Power membuka banyak kesempatan untuk masyarakat Cirebon. Khususnya bagi masyarakat lokal. “Sekarang, lumayan banyak pemuda desa sekitar yang kerja di sini. Harapannya, semoga bisa lebih banyak lagi yang diserap, di berbagai tingkatan pekerjaan” tutur Sanusi. Rochmat dan Sanusi Ali telah membuktikan. Bahwa kesempatan bisa didapat, selama mau membuka diri terhadap hal baru, pengetahuan baru dan meningkatkan kompetensi diri. Proyek pembangkit Cirebon Power Unit II yang telah bergulir sejak tahun 2016, kini telah menyerap lebih dari 2500 pekerja. Serapan tenaga kerja diprediksi akan terus meningkat, seiring tahapan proyek yang sedang melakukan berbagai pekerjaan fisik konstruksi. Pada pertengahan bulan Mei lalu, Cirebon Power telah menandatangani kesepakatan dengan Hyundai Engineering & Construction (HDEC), dan Komite Rekrutmen Tenaga Kerja ASPAM (Astanajapura, Pangenan, dan Mundu).  Kesepakatan itu menandai komitmen untuk mengoptimalkan potensi SDM warga setempat, yang akan dikoordinir melalui komite rekrutmen yang mewakili sembilan desa di sekitar pembangkit. Wakil Presiden Direktur Cirebon Power, Joseph  Pangalila, saat itu menyatakan langkah ini diharapkan dapat menyerap aspirasi warga, dan menjaga agar proses rekrutmen berjalan transparan dan adil. \"Semoga tidak ada keluhan dalam proses rekrutmen, jangan ada KKN dan lainnya. Hanya potensi terbaik dan kompeten yang didorong untuk bekerja, dan perlu memprioritaskan SDM lokal\" tegasnya. (yud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: