Dirgahayu Indonesiaku… Salam Rindu dari Lincoln

Dirgahayu Indonesiaku… Salam Rindu dari Lincoln

Kerinduan muncul bersamaan dengan hadirnya jarak. Berbekal rindu tanah air yang begitu besar, aku dan teman-teman Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (Permias) Nebraska ingin turut merayakan hari kemerdekaan RI, walau kami kini secara fisik sedang berada jauh dari Nusantara. Populasi mahasiswa Indonesia di kota kecil ini tidak besar. Bahkan jumlah jari tangan dan kaki saja lebih banyak dibandingkan kami. Tapi hari ini aku sadar, tim kecil ini ternyata memiliki kekuatan besar. Laporan: Kiki Rizki Amalia dari Lincoln LINCOLN, yang terletak di negara bagian Nebraska, bukanlah kota besar, tidak ada KBRI bahkan KJRI di kota ini. Harapan untuk mengikuti upacara kemerdekaan benar-benar tidak ada sama sekali. Bahkan pemilu kemarin saja, kami harus menyoblos via post. Lalu ide ini muncul, kami ingin memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat sekitar. Bermodal nekat dan semangat, tim kecil kami menyusun sebuah acara untuk merayakan kemerdekaan Indonesia bersama teman-teman terdekat kami. Dalam waktu singkat, kami menjadi panitia yang merancang acara “17 Agustus-an” dan mengundang teman-teman dari negara lain untuk bergabung. Perayaan 17 Agustusan di Lincoln Kami mengadakan acara perayaan kemerdekaan ini tepat pada 17 Agustus di Holmes Lake Recreation Area, sebuah area rekreasi di dekat danau. Acara ini dimulai pada pukul 10.30 pagi waktu setempat. Namun, sejak pukul 8 pagi, tim kecil ini sudah mulai menyiapkan peralatan lomba dan mendekorasi tempat dengan penuh semangat. Selain teman-teman mahasiswa dekat, kami juga mengundang komunitas warga asal Indonesia yang saat ini sudah menetap di Amerika Serikat. Beberapa warga Indonesia tinggal di Lincoln setelah menikah dengan warga lokal. Dan luar biasanya, komunitas ini sangat dekat. Aku terharu saat melihat mereka dengan suka citanya datang ke acara ini, membawa serta keluarga mereka, dan tentunya… masakan Indonesia favorit mereka. Makan siang kami hari ini sangat mewah, dengan sistem potluck. Di mana setiap orang dipersilakan untuk membawa makanan favorit masing-masing. Meja kami terisi penuh dan melimpah ruah. Hidangan hari ini sangat lengkap mulai dari nasi kuning, rendang, ikan, ayam suwir, bakmi jawa, bakwan jagung, martabak telur, kerupuk udang, lalapan, sambel, dan berbagai makanan lainnya. Setidaknya tiga puluh orang hadir pada hari ini. Beberapa teman asal Amerika Serikat, Laos, Tiongkok, Rusia, Kosovo, dan Filipina turut menikmati meriahnya acara hari ini. Suatu kebanggaan tersendiri ketika melihat mereka menyantap makanan Indonesia dengan lahapnya. Para tamu dari berbagai negara yang ikut memeriahkan perayaan Kemerdekaan Indonesia berkumpul dan makan bersama di acara potluck. Selepas makan siang, acara utama pun dimulai. Ternyata teman-teman yang hadir sangat antusias untuk mengikuti lomba. Seperti lomba memasukkan pensil ke dalam botol, lomba makan kerupuk, dan lomba balap karung. Satu hal yang paling menarik menurutku pribadi adalah permainan untuk mendapatkan hadiah doorprize. Jadi, panitia memiliki ide menarik ini. Karena peserta sebagian adalah orang Indonesia dan sebagian lainnya adalah warga negara lain, kami meminta mereka untuk membuat tim. Satu tim terdiri dari satu orang Indonesia dan satu orang non-Indonesia. Syaratnya, mereka harus baru saling mengenal hari ini. Syarat ini dibuat supaya pasangan Indo-orang asing bisa berkenalan dengan yang lain. Kemudian, kami melemparkan pertanyaan mengenai Indonesia dan peserta yang diperbolehkan menjawab hanyalah peserta non-Indonesia dan jawabannya harus dalam Bahasa Indonesia. Sangat menarik melihat teman-teman Indonesia berusaha mengajarkan partnernya menjawab pertanyaan. Dan, lebih menariknya lagi melihat teman-teman non-Indonesia berusaha melafalkan kata-kata seperti “Apa kabar?”, “Joko Widodo”, “Aku cinta kamu”, “Cendrawasih”, dan lain-lain. Walaupun sempat ragu karena sedikitnya jumlah panitia, hari ini aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Jujur, aku bangga melihat teman-teman yang penuh semangat menyiapkan segalanya. Memang benar, rasa patriotisme dan cinta akan tanah air semakin terasa ketika sedang merantau jauh. Lirik lagu “Tanah Airku” menjadi benar-benar bermakna. Di sini, kami bukan orang Jakarta, orang Sunda, orang Jawa, orang Minang, orang Surabaya, ataupun orang Papua. Di sini… kami satu, kami warga Indonesia! Selama di AS, aku melihat betapa prinsip keragaman (diversity) itu sangat dijunjung tinggi. Perbedaan itu adalah harta, karena dengan adanya perbedaan, maka kita semakin beragam dan semakin kaya. Selama aku tinggal di Lincoln, aku selalu bangga ketika menceritakan mengenai betapa beragamnya budaya di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Panitia kecil ini adalah contoh sempurna dari keragaman Indonesia, ada perwakilan dari pulau Sumatera hingga perwakilan dari Papua. Ketika kami bersatu, sebagai satu Indonesia, kami bisa mewujudkan apa yang kami inginkan. Harapanku, Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika terus menjiwai bangsa kami, di mana perbedaan menjadi salah satu kekuatan bagi bangsa Indonesia. (*) Penulis: Kiki Rizki Amalia – Penerima Beasiswa Fulbright untuk kuliah pascasarjana jurusan Statistik, Universitas Nebraska-Lincoln

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: