Beda Indonesia dan Malaysia Antisipasi Masuknya Virus Corona

Beda Indonesia dan Malaysia Antisipasi Masuknya Virus Corona

Ini beda Indonesia dan Malaysia dalam mencegah masuknya virus Corona. Terutama pencegahan yang melalui orang yang memasuki ke kedua negeri bertengga tersebut. Lebih serius manakah? Malaysia atau Indonesia?

Catatan Yanto S Utomo, CEO Radar Cirebon Group

BEBERAPA hari lalu saya punya pengalaman menarik. Ketika berkunjung ke Malaysia dan pulang ke Indonesia. Saya ke Malaysia menggunakan kapal laut dari Batam Center di Batam. Turun di Pelabuhan Stulang Laut di Johor, Malaysia.

Kemudian saya pulang naik pesawat dari Kuala Lumpur International Airport di Kuala Lumpur. Masuk Indonesia melalui Bandara International Soekarno Hatta (Soetta).

Ada perbedaan yang mencolok perlakuan Malaysia dan Indonesia mengantisipasi masuknya virus Corona. Baik itu caranya maupun kesiapan petugasnya. Semua penumpang yang turun di Pelabuhan Stulang Laut diperiksa suhu badannya oleh petugas kesehatan yang ada di sana. Petugasnya pun menggunakan pakaian khusus dan bermasker. Dari celana hingga tutup kepala. Penampilannya bak robot. Warnanya mencolok. Warna- warni. Tidak seragam.

Terkesan begitu menakutkan ketika melihat petugas tersebut. Dalam hati bertanya-tanya apakah sudah parah betul virus tersebut di negeri jiran kita ini. Begitu serius pengecekan kepada semua orang pendatang. Satu per satu diacungkan sebuah benda ke muka penumpang yang turun. Cukup berhenti sebentar. Tak sampai 15 detik. Sehingga tidak begitu mengganggu arus pengunjung. Lokasinya sebelum konter pengecekan paspor.

Ternyata benda berwarna putih itu alat pengukur suhu badan. Yang suhu badannya normal, disuruh terus tanpa ba bi bu. Tanpa kata-kata. Hanya dengan isyarat. Kalau ada yang panas badannya di atas toleransi alat itu, diminta minggir ke kiri. Itu terjadi persis penumpang di depan saya. Ada yang disuruh berhenti minggir dan dibawa ke ruangan yang tak jauh dari lokasi pengecekan tersebut.

Hanya sayang kita tidak boleh berkomunikasi dengan petugas. Sebenarnya saya ingin tahu sampai panas badan berapa yang harus diperiksa. Saya tahu informasi itu dari petugas imigrasi yang kebetulan keluar berganti shift. “Ya itu pemeriksaan panas badan. Yang mencurigakan dibawa ke sana,” kata petugas tadi sambil menunjuk ruangan pemeriksaan.

Lokasi ruangan tersebut sebelum pengecekan paspor. Ruang kesehatan, katanya. Begitu serius Malaysia mengantisipasi masuknya virus dari Wuhan, Tiongkok, tersebut. Artinya serius melindungi warganya dari virus yang lagi mewabah itu.

Malaysia juga sangat serius melindungi petugas terdepan pencegahan virus masuk. Kelihatan dari pakaian khusus yang dikenakan. Juga masker yang dikenakan berbeda dengan yang dipakai pada umumnya. Malaysia sangat sadar bawa para petugas tersebut paling rawan tertular virus mematikan tersebut. Sehingga harus dilindungi.

Itu situasi di Pelabuhan Stulang Laut. Saya kurang tahu di tempat lain. Misalnya gate masuk dari Singapura atau di bandara internasionalnya. Bisa jadi sama. Atau bahkan lebih serius lagi. Di pelabuhan yang melayani kedatangan sebagian besar warga Indonesia saja seperti itu. Apalagi yang melayani penerbangan dari banyak negara, kemungkinan lebih serius lagi.

Bandingkan dengan Indonesia. Apakah ada perbedaannya? Ketika saya mendarat di Terminal 2 Bandara Soetta, juga ada hal yang sama. Sebelum pengecekan paspor oleh petugas imigrasi, juga ada hiruk pikuk pengecekan antisipasi virus Corona. Judulnya sama, pengecekan. Lokasinya juga sama. Sebelum pemeriksaan paspor.

Bedanya, di Malaysia suhu badan yang dicek. Tapi di Indonesia?  Ternyata berbeda. Di pintu masuk Indonesia ini baru dicek “administrasinya” saja. Semua penumpang yang akan masuk Indonesia harus mengisi banyak pertanyaan. Dalam satu kertas. Bolak balik. Pertanyaan di bagian satunya menggunakan bahasa Inggris. Bagian yang lainnya berbahasa Indonesia.

Banyak sekali yang harus diisi. Selain identitas seperti data di paspor, juga nomor pesawat sampai tempat duduk penumpang. Ada pertanyaan yang bikin geli. Apa itu? Pertanyaan seperti ini. “Berapa suhu badan Anda?” Saya tepuk jidat. Terheran-heran. “Oh seperti ini antisipasinya,” gerutu saya dalam hati. Mungkin banyak yang sama sepimikiran dengan saya. Di Stulang diperiksa. Di Soetta disuruh membuat pengakuan tertulis tentang suhu badan pendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: