Perlu Pedoman Pembelajaran Jarak Jauh

Perlu Pedoman Pembelajaran Jarak Jauh

CIREBON- Pembelajaran jarak jauh (PJJ) sampai saat ini masih berlangsung sejak pandemi corona virus disease-2019 (Covid-19). Namun metode PJJ dirasakan masih belum optimal, dengan beragam kendala teknis.

Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ), Prof Abdul Rozak MPd memadang perlu adanya pedoman pelaksanaan PJJ. Sebab, pembelajaran sistem tatap muka dan daring punya karakter berbeda.

“Yang penting pedomannya. Tidak bisa dinyatakan dengan, silakan menyelenggarakan pembelajaran daring dengan aplikasi apa pun,” kata Rozak, kepada Radar Cirebon, Minggu (3/5).

Dia mewanti-wanti agar bahan pembelajaran siswa di rumah tidak disampaikan berupa tugas atau soal maupun pekerjana rumah yang harus dijawab  oleh siswa. Sebab, cara itu memberatkan dan menyulitkan siswsa da orang tuanya. “Sampaikalah bahan berupa bacaan untuk dibaca atau gambar untuk diperhatikan atau adegan untuk ditonton,” kata Rozak.

Kemudian, sambung dia, perlu diberikan petunjuk atau bimbingan dengan cara tertentu agar siswa menikmati proses belajar, memahami, melakukannya dengan gembira dan merdeka. Siswa juga tidak usah membuat laporan kepada guru. Cukuplah mereka melakukan kegiatan menurut petunjuk.

Kegiatan itu berupa kegiatan berbahasa seperti membaca, berbicara  menyimak, menulis. Begitu juga kegiatan mengindra seperti melihat, mendengar, mengecap, membaui, meraba.

Kegiatan jasmani seperti menggerakkan tangan, kaki, badan, dan kepala. Perlu juga kegiatan rohani mulai dari berpikir, merasa dengan hati, berkehendak, berkhayal, dan mengingat.

Sedangkan hal teknis mencakup pengertian, sistematika, diselenggarakan nanti pada saat pembelajaran di kelas. “Jadi, arah pembelajaran di rumah adalah siswa beroleh keselamatan kemanfaatan, dan kenikmatan,” tuturnya.

Seperti diketahui, sudah 1,5 bulan PJJ diterapkan di Kota Cirebon. Tiap sekolah menerapkan caranya masing-masing. Mulai dari belajar secara daring, hingga memberikan tugas. Namun, dapat disimpulkan sejauh berjalannya metode ini, kendala kerap datang.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Irawan Wahyono SPd MPd tidak menampik rentetan masalah ini. Mulai dari kuota internet, kualitas video dan audio hingga perangkat. “Kadang video putus-putus, suaranya kurang jelas. Nah tidak semua peserta didik juga mampu beli kuota internet,” ujar Irawan, kepada Radar Cirebon, akhir pekan kemarin.

Dari pantauan Radar Cirebon selama proses belajar di rumah baik sekolah negeri maupun swasta, masing-masing menerapkan kebijakan berbeda. Ada yang tetap melaksanakan PJJ secara daring memanfaatkan aplikasi Google Meet ataupun Zoom. Ada pula guru yang membuat semacam video kemudian diunggah ke Kanal Youtube dan dibagikan kepada siswa untuk menyaksikannya.

Tapi, ragam upaya itu pada akhirnya berhadapan juga dengan kemampuan dari masing-masing peserta didik yang berbeda-beda. Ada yang tidak memiliki perangkat baik handphone maupun laptop. Ada juga yang tidak mampu membeli kuota.

Sementara pemerintah pun tidak bisa berbuat banyak. Sehubungan dengan keterbatasan kebijakan. Misalnya subsidi membeli kuota internet yang tidak bisa dianggarkan baik dari bantuan operasional sekolah (BOS) maupun mekanisme penganggaran lainnya.

Berbeda dengan sekolah swasta yang lebih fleksibel dalam urusan ini. Kendati semuanya bermuara pada efektivitas dari PJJ itu sendiri. (abd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: