Terjepit PSBB dan Jam Malam, Pendapatan Kusir Delman Kian Menurun

Terjepit PSBB dan Jam Malam, Pendapatan Kusir Delman Kian Menurun

Pandemi Covid-19 menghantam seluruh sendi perekonomian masyarakat. Tak terkecuali para pendokar atau kusir delman. Jika aktivitas normal, para kusir delman ini bisa membawa hasil Rp60 ribu tiap hari. Tapi sejak  pandemi virus corona ditambah pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Kuningan, kini memperoleh penumpang satu hingga dua orang saja sudah untung.

Agus Panther, Kuningan

Kondisi ini tak lepas dari wabah virus corona, hingga membuat aktivitas warga menjadi terbatas. Saat muncul wabah corona di Kuningan, banyak warga yang lebih memilih membawa kendaraan pribadi ketimbang memanfaatkan moda transportasi umum. Walhasil, penumpang yang menggunakan jasa transportasi mengalami penurunan drastis.

Tak terkecuali delman atau dokar. Moda transportasi tradisional ini makin jarang ditumpangi masyarakat. Sebelum wabah corona muncul, delman menjadi salah satu transportasi paling diminati khususnya anak-anak. Sebab, banyak ibu-ibu saat berbelanja dengan membawa anaknya, ketika beranjak pulang kerap menumpang dokar sembari berjalan-jalan. Namun kondisi saat ini berbanding terbalik, penumpang delman semakin sepi.

Apalagi muncul sejumlah regulasi dan aturan yang memaksa para kusir delman pulang lebih awal, bahkan tidak beraktivitas pada waktu tertentu. Sebelum diberlakukan jam malam akibat virus corona, para kusir delman menghiasi dokarnya dengan lampu warna-warni. Tentunya menjadi penghasilan tambahan bagi para kusir delman, jika saat narik dokar di siang hari sepi penumpang. Apalagi kini ditambah pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kusir delman harus pulang lebih awal walaupun dengan tangan hampa.

Seorang kusir delman di Pos Citamba, Kuningan kota, Dinar (35) menuturkan kondisi sulit yang dihadapinya. Dinar menyampaikan keluh kesahnya dengan kondisi yang dialami saat ini. Dia mengaku semakin sulit mencari nafkah di tengah pembatasan aktivitas. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dirinya kelimpungan, apalagi dengan pendapatan yang turun drastis.

“Kalau dulu sebelum corona, uang Rp60 ribu sampai Rp70 ribu itu bisa dapat untuk dibawa pulang ke rumah. Tapi sejak corona ini, pendapatan berkurang paling juga Rp20 ribu sampai Rp25 ribu sehari. Penumpang yang naik delman juga terus menyusut. Terkadang uang yang saya peroleh, harus dibagi lagi untuk membeli pakan kuda serta perawatan delman. Benar-benar sangat sulit saat ini,” ujarnya dengan mata menerawang.

Ditambah dengan kebijakan baru yang diterapkan Pemkab Kuningan yakni penerapan PSBB. Sebab waktu operasional angkutan umum termasuk delman, dibatasi dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 16.00 sore. “Ya itu ada pembatasan jam malah makin berkurang, makin susah. Sudah untung kita dapat satu orang, dua orang. Itu juga paling ongkosnya Rp5 ribu. Terus hari ini teman saya dari pagi di sini belum dapat satu pun penumpang,” keluh bapak dua anak ini.

Atas kondisi ini, dia bersama kusir delman yang lain, berharap adanya bantuan sembako yang kini ramai diperbincangkan. Sebab sejak ramai adanya bantuan sembako, belum ada satu pun yang diantar ke rumahnya. “Sekarang sepi jarang yang naik delman, ya semenjak corona lah. Jadi pulang ke rumah ya secukupnya ada uang, yang penting anak jajan, sama ikan asin juga yang penting makan. Bantuan juga belum ada, katanya mau ada, ini belum ada. Kalau bisa mah ada bantuan lah kita juga susah. Ya gimana lah caranya supaya ada bantuan buat makan sehari-hari,” ungkap Dinar yang telah narik delman sejak sembilan tahun lalu.

Kusir delman dari Cijoho itu bercerita, jika setiap pagi harus merawat kuda dengan mencari rumput untuk makan. “Pagi cari rumput untuk makan kuda, kandang harus dibersihkan, andongnya juga dibersihin. Tapi pas berangkat nariknya dibatasi sampai jam 4 sore, kita nunggu penumpang kan tidak pasti,” tuturnya diamini rekannya Dadang.

Dia mengatakan, biaya perawatan kuda juga cukup lumayan. Sebab jika dihitung menghabiskan uang sebanyak Rp25 ribu satu ekor kuda. “Sepatu kuda kan harus diganti kalau rusak, belum yang lain. Tapi kalau andongnya rusak, paling sedikit-sedikit diperbaiki sendiri,” ungkapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: