Harga Gabah Anjlok dan Sulit Dijual

Harga Gabah Anjlok dan Sulit Dijual

CIREBON – Presiden Jokowi menyebut Indonesia defisit beras. Namun, di Kabupaten Cirebon harga padi (gabah) anjlok. Bahkan, petani di Desa Karanganyar, Kecamatan Panguragan mengalami kesulitan untuk menjual gabah hasil panennya. Para bandar dan tengkulak, kini enggan membeli gabah, lantaran tidak ada uang.

“Sekarang panen, tapi hasil panen tidak ada yang mau beli padi kami. Alasannya, tengkulak tidak ada uang. Kalau pun kami mau, itu dibayarnya nanti dengan harga yang murah pula,” kata Ketua Gapoktan Karanganyar, Da\'ani kepada Radar Cirebon, kemarin.

Dia menjelaskan, hasil panennya biasanya dijual dengan harga Rp4.500. Namun, saat ini bila dia mau menjual padinya, ada yang menawarkan dengan harga Rp3.500 dengan pembayaran jatuh tempo atau diutang. Padahal, pihaknya saat ini tengah membutuhkan uang untuk lebaran Idul Fitri dan modal menggarap ulang.

“Kita sekarang lagi butuh uang buat garap padi lagi dan Lebaran nanti. Tapi, kami sulit sekali menjual padi kami. Apalagi, padi berjenis muncul, itu sampai gak laku sama sekali. Gak ada yang mau beli.  Ada juga yang mau beli, tapi cuma Rp3.000. Ya petani gak mau jual. Apalagi, masyarakat sini banyak nanam padinya jenis muncul,” tuturnya.

Da’ani berharap kepada Bulog untuk memberikan solusi terkait keluhan para petani Kecamatan Panguragan. Pihaknya meminta, Bulog turun ke lapangan memperhatikan petani yang sedang panen. Namun, padinya tidak ada yang mau membeli.

“Saya meminta Bulog agar turun ke lapangan memberikan solusi kepada kami dan bisa membeli beras kami dengan harga standar. Karena saat ini kami sedang membutuhkan uang,” ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Desa (Kuwu) Karanganyar, M Yakub. Menurutnya, permasalahan harga padi yang anjlok ketika musim panen, adalah permasalahan klasik. Dari tahun sebelumnya, Yakub mengaggap peran Bulog sebagai sahabat petani tidak maksimal.

“Peran Bulog sebagai sahabat petani harus turun ke lapangan. Apalagi ini permasalahan klasik. Bila panen tiba, harga padi anjlok. Ditambah dengan pandemi covid-19 membuat masyarakat semakin terjepit. Usaha di luar susah. Ini untuk jual hasil panen makin sulit,” paparnya.

Yakub juga menerima beberapa keluh kesah para petani. Para petani Desa Karanganyar, biasanya langsung menjual padi hasil panennya untuk makan sehari-hari dan modal garap padi. Tapi, dengan sulitnya penyerapan padi, banyak masyarakat yang merasa kesulitan.

“Saya harap Bulog segera melakukan penyerapan. Banyak petani yang ngeluh ke kami,” pungkasnya. (cep)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: