Hotel Buka, Okupansi Masih Rendah

Hotel Buka, Okupansi Masih Rendah

CIREBON – Memasuki masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Proporsional di Kota Cirebon, bisnis perhotelan mulai mencoba untuk bangkit. Sejumlah hotel sudah memutuskan untuk beroperasi kembali melayani tamu-tamunya, yang mayoritas adalah pelaku perjalanan bisnis yang butuh menginap di Kota Cirebon.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Cirebon, Imam Reza Hakiki menuturkan, sampai saat ini perhotelan di Kota Cirebon sudah lumayan banyak yang buka. Bahkan hampir semuanya.

Kendati demikian, okupansinya masih rendah. Rata-rata 20-30 persen. Tapi, dibandingkan bulan sebelumnya cenderung lebih baik, karena saat itu ada di bawah 10-15 persen keterisian. “Jadi sudah cukup lumayan,” ujar pria yang akrab disapa Kiki ini, kepada Radar Cirebon, Senin (15/6).

Masih rendahnya okupansi hotel, kata dia, membuat manajemen memberlakukan kebijakan karyawan yang dipekerjakanya masih setengah dari jumlah yang ada. Mereka bekerja dengan sistem shift. Pengupahannya, juga belum penuh. Tergantung kesepakatan dan kemampuan mengggaji. “Kisarannya 40-60 persen dari jumlah full gaji karyawan,” tuturnya.

Dengan kondisi demikian, perhotelan belum bisa mendapatkan keuntungan. Bagi mereka, yang paling penting saat ini operasional dapat tertutupi, dan ada pendapatan untuk menggaji para karyawanya.

“Yang penting sekarang sih nggak nombok. Tapi kalau mau impas okupansi harusnya 50-60 persen. Itu baru pur, belum ada keuntungan,” paparnya.

Dia mengaku, tamu sejauh ini didominasi pelaku perjalanan bisnis, bukan pelaku perjalanan liburan. Bahkan di akhir pekan justru sepi.

Dia memastikan, hotel-hotel yang dibawah PHRI sudah menerapkan protokol kesehatan, karena pihaknya sering berdiskusi di grup whatsapp. Bahkan, untuk menerapkan protokol kesehatan itu perlu biaya tambahan, seperti disinfektan, karena setiap membersihkan kamar sebelum dan sesudah ada tamu wajib disemprot.

“Protokol pencegahan terus kita lakukan kepada karyawan, tamu, maupun lokasi hotel. Tempat-tempat yang sering dilalui seperti lift, lobby, koridor, kamar sebelum dan setelah dipakai, bahkan ada yang sampai tiga kali sehari kaya lift dan tangga,” ujar owner Tryas Hotel Group ini.

Untuk breakfast (sarapan) juga diantar ke kamar sesuai pesanan atau menu yang tersedia, laundry juga dijemput ke kamar. Jadi tamu yang menghuni kamar, diusahakan agar jangan berkontak langsung antar tamu dengan tamu lainya.

Di tempat terpisah, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (DKOKP), Wandi Sofyan SSTP mengatakan, dari awal pemberlakuan PSBB memang sebetulnya tidak ada kebijakan dari pemerintah yang meminta bisnis perhotelan tutup. Adapun manajemen hotel memilih untuk of sementara bisnisnya, lantaran okupansi kunjungan yang rendah.

Dalam pemberlakuan PSBB, pemerintah hanya mengimbau kepada manajemen untuk menerapkan protokol kesehatan. Beberapa aturan yang awalnya diberlakukan diantaranya membatasi okupansi maksimal 50 persen dari total kamar.

Namun, dalam PSBB tahap sekarang, batasan maksimal okupansi tersebut tidak lagi ditentukan, namun untuk mencapai okupansi yang setengahnya pun saat ini masih sulit dicapai. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: