Total Rp830 Juta, Denda Persib Bandung Berpotensi Nambah
Penonton menyalakan flare di laga terakhir saat Persib Bandung melawan Persis Solo. Total sementara Maung Bandung sudah terkena denda Rp830 juta.-Tangkapan Layar-Youtube
BACA JUGA:Road to 100 Tahun Spensa, Alumni Spensa Ikuti Seminar Financial Planner
Bojan Hodak menyayangkan aksi Bobotoh yang meledakan petasan dan menyalakan flare pada pertandingan pamungkas Liga 1 2024/25.
Pada pertandingan tersebut, Persib sukses menutup kompetisi dengan kemenangan 3-2 berkat gol yang dibuat Gustavo Franca 45+4, Tyronne del Pino (58) dan David Da Silva (79).
Sementara Gol Persis Solo, dibuat Lautaro Belleggia melalui titik penalti (89) dan Sho Yamamoto (90+4).
Di tengah jalannya pertandingan, petasan meletus di beberapa lokasi mulai dari tribun utara, selatan juga timur.
Letusan petasan dan flare membuat pertandingan sempat dihentikan dua kali oleh wasit.
Hodak mengaku tak senang dengan adanya kejadian tersebut. Sebab, menurutnya hal itu membuat konsentrasi para pemain yang berada di lapangan menurun.
"Bagi para pemain, sebenarnya, atmosfer pertandingan sangat fantastis. Tapi saya tidak mengerti, beberapa orang tidak berpikir secara bijak. Mereka (Bobotoh) datang hanya untuk bersenang-senang bukan karena cinta," kritik Hodak
Kejadian tersebut, jelas Hodak, sudah beberapa kali dilakukan Bobotoh dan dan sangat merugikan klub.
"Sebab, dari adanya kejadian ini (letusan petasan dan flare). Kami akan mendapat sanksi dan biasanya, klub lah yang akan membayar denda tersebut," tambahnya.
Ulah Bobotoh yang menyalakan flare di dalam satdion, juga disayangkan oleh Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Erick Thohir.
Erick menyayangkan aksi penyalaan flare oleh suporter di akhir pertandingan antara Persib Bandung vs Persis Solo di pekan ke-34 Liga 1 2024/2025.
Selain itu, ia pun menanggapi soal banyak penyalaan flare yang dilakukan suporter tim lain juga di pekan terakhir BRI Liga 1.
Menurutnya, meskipun atmosfer di stadion menunjukan antusiasme tinggi, penggunaan flare justru mengganggu visual pertandingan, khususnya bagi media yang ingin mengabadikan momen-momen ikonik.
"Sayang sekali, karena ini momen juara. Tapi dengan banyaknya flare dan asap, secara visual jadi tidak maksimal. Gambar-gambar yang seharusnya ikonik dan bisa tersebar ke seluruh Indonesia jadi kurang optimal," ujar Erick, kepada awak media, di Stadion GBLA, Sabtu 24 Mei 2025.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


