Harga emas sedikit berubah, Rabu, dengan pelemahan dolar AS mengimbangi penguatan imbal hasil US Treasury, ketika investor menyesuaikan posisi menjelang rilis data indeks harga konsumen Amerika minggu ini.
Harga emas di pasar spot hampir mendatar di USD1.784,01 per ounce pada pukul 01.48 WIB, mundur dari level tertinggi pada sesi itu di posisi USD1.792,90 per ounce, demikian mengutip laporan Reuters, di Bengaluru, Rabu (8/12/2021) atau Kamis (9/12/2021) dini hari WIB.
Sementara, emas berjangka Amerika Serikat sebagian besar ditutup tidak berubah di USD1.785,50 per ounce.
“Satu-satunya tekanan yang diperoleh emas adalah kenaikan imbal hasil US Treasury, tetapi penguatan yield tersebut cukup terbatas,” kata Phillip Streible, Chief Market Strategist di Blue Line Futures, Chicago.
Imbal hasil US Treasury naik, meredupkan daya tarik emas. Di sisi lain, Indeks Dolar (Indeks DXY) turun, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Emas bertahan di kisaran USD1.780-1.800 per ounce, menunggu isyarat dari Federal Reserve dan data Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika, Streible menambahkan.
Laporan CPI yang akan dirilis Jumat dapat mempengaruhi garis waktu The Fed mengurangi dukungan ekonominya sebelum pertemuan kebijakan berikutnya pada 14-15 Desember.
Dengan narasi bergeser kembali ke pengetatan kebijakan bank sentral, yang kemungkinan akan mendorong dolar AS, setiap kenaikan emas kemungkinan akan terbatas, ungkap Ricardo Evangelista, analis ActivTrades.
Pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong yield obligasi pemerintah lebih tinggi, meningkatkan opportunity cost memegang emas, yang tidak memberikan imbal hasil.
Harga perak di pasar spot turun 0,2 persen menjadi USD22,43 per ounce, platinum naik 0,8 persen menjadi USD958,83 per ounce dan paladium melemah 0,1 persen menjadi USD1.855,31 per ounce. (fin)