Radarcirebon.com, JAKARTA - Perbincangan Luhut Binsar Pandjaitan dan Rocky Gerung, kembali membuka topik mengenai presiden Indonesia mustahil bila bukan orang Jawa.
Luhut Binsar Pandjaitan dan Rocky Gerung membahas presiden Indonesia yang mustahil bila bukan orang Jawa, dalam konteks fakta antropologi.
Dalam kesempatan itu, Luhut mencontohkan dirinya sendiri. Rocky Gerung juga mengamini bahwa hal tersebut adalah fakta antropologis yang sulit terbantahkan.
"Apa harus jadi presiden aja kau bisa ngabdi. Harus tau diri juga lah," kata Luhut, mengawali perbincangan bersama Rocky Gerung.
BACA JUGA:Wah! Puan Maharani Diam-diam ke Kota Cirebon, Sempat Ngopi
BACA JUGA:Ya Ampun! Pelaku Bullying di Susukan Cirebon, Ternyata Bekas Murid Ayah Korban
Meski berada dari dua kubu berbeda, Luhut yang di pemerintahan dan Rocky Gerung sebagai tokoh oposisi, keduanya terlihat sangat akrab.
"Kalau kau bukan orang Jawa, ini (fakta antropologi) yes. Kalau Anda bukan orang Jawa, pemilihan langsung hari ini. Saya nggak tau 25 tahun lagi, udah lupain deh. Enggak usah memaksakan diri kita. Sakit hati. Yang bikin sakit hati kita kan kita sendiri," beber Luhut.
Dia mencontohkan, sosok seperti dinya. Selain berasal dari luar Jawa, juga kalangan minoritas. Maka, harus tahu diri tidak mungkin menjadi presiden.
"Saya double minoritas. Saya udah Batak, Kristen lagi. Jadi saya bilang, sudah cukup itu. Ngapin saya menyakiti hati sendiri," tegas Luhut.
BACA JUGA:Profil Anne Ratna Mustika Bupati Purwakarta, Istri yang Gugat Cerai Dedi Mulyadi
BACA JUGA:Soal Nugget Dinosaurus dan Reza Arap, Rossa: Biar enggak malu-malu amat
Pernyataan Luhut juga diamini Rocky Gerung. Sosok yang dikenal sebagai tokoh oposisi tersebut menyatakan bahwa fakta tersebut memang harus diterima.
"Terimalah fakta itu. Fakta antropologi. Antropologi kita basisnya adalah etnis. Antusias itu yang membatalkan ambisi orang menjadi presiden," tandasnya.
Dalam perbincangan di Kanal Youtube Rocky Gerung tersebut, Luhut membahas menganai berbagai hal. Rocky juga sempat mengingatkan terkait adanya potensi pergerakan sosial yang memicu terjadinya kerusuhan.