CIREBON, RADARCIREBON.COM - Nama asli Sunda ternyata mulai punah dalam kurun waktu 90 tahun terakhir, lantaran sudah tidak dipakai masyarakat.
Nama asli Sunda yang lazim digunakan seperti Asep, Cucu dan lainnya juga terancam punah dalam beberapa tahun ke depan.
Pasalnya, nama asli Sunda tersebut terancam punah karena tergusur dengan pengguna kata asing seperti Naura, Raffa, Zahra hingga lainnya.
Guru Besar FMIPA Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Prof Dr Atje Setiawan Abdullah mengatakan, telah terjadi perubahan antroponimi atau penamaan orang.
BACA JUGA:Pemerintah Cina Hapus Kebijakan Tunjuk Kode Riwayat Perjalanan Domestik
Di Kabupaten Sumedang misalnya, dalam 100 tahun tahun terakhir ada pergeseran nama-nama favorit.
Dari pergeseran tersebut ternyata ada nama-nama yang sudah hilang dan tidak lagi dipakai oleh masyarakat, karena penggunaan istilah baru.
Sejauh ini, mengacu pada antroponimi ada beberapa nama favorit masyarakat Sunda khususnya di Kabuapten Sumedang. Misalnya, Muhammad, Muhamad, Dede, Asep, Ade, Ai, Agus, Ani, Wawan, dan Cucu.
Kemudian terdapat nama yang sudah hilang dalam kurun waktu 90 tahun terakhir misalnya, Sunaja, Saim, Sundia, Djatma, Boelah, Unamah, Entjil, Eyut, Kitji, dan Macih.
BACA JUGA:Kepada Ulama, Ridwan Kamil: Bangun Peradaban dengan Ilmu
BACA JUGA:Hasil Pertandingan Argentina vs Kroasia, Babak 1 Skor 2-0
Deretan nama tersebut sudah tidak lagi dipakai orang tua untuk penamaan anak-anaknya. Apalagi di generasi ke kinian, yang lebih banyak sumber.
"Di pedesaan nama-nama Sunda memang masih banyak digunakan. Tapi jumlahnya sudah jauh dan sangat menurun," tuturnya, saat sosialisasi Pengenalan Etno Informatika untuk Warisan Budaya Tak Benda.
Sosialisasi tersebut adalah hasil penelitian yang dilakukan Prof Atje bersama dengan tim dosen dan mahasiswa dari Departemen Ilmu Komputer FMIPA Unpad.