Maka urusan kebutuhan pangan bisa diatasi secara mandiri oleh institusi. Bahkan produksi berasnya pun pernah dibeli oleh Bulog.
Karena kampus ini memiliki persediaan beras yang melimpah dalam bentuk gabah yang tersimpan apik pada Istana Beras Al Zaytun.
2. Society Factor
Dengan dibukanya pendidikan dan kegiatan perekonomian secara luas, masyarakat dapat menyatu dengan Al Zaytun.
Baik sebagai santri, pamong didik, karyawan Al Zaytun atau menjadi anggota koperasi. Baik yang berasal dari lingkungan sekitar maupun dari berbagai provinsi dan bahkan mancanegara.
BACA JUGA:Aneh Tapi Nyata, Al Zaytun Itu Pesantren Tapi Ikut 'Cawe-cawe' Hal Ini
Pendidikan informal dan nonformal juga kerap diselenggarakan oleh pihak Al Zaytun kepada masyarakat.
Sehingga, terus terjalin hubungan yang berkualitas dengan basis pendidikan. Al Zaytun telah menciptakan lingkungan masyarakat yang lebih maju dari sebelumnya.
Kehadiran Al Zaytun dirasakan masyarakat sekitar. Bak penerang di dalam kegelapan. Peran civitas Al Zaytun dalam mendidik para petani di beberapa desa sekitar bukan isapan jempol belaka.
Telah terbentuk P3KPI (Perkumpulan Petani Penyangga Ketahanan Pangan Nasional). Anggotanya petani-petani tempatan.
BACA JUGA:BERANI! Per 10 Juni 2023 Indonesia Hentikan Ekspor Mineral Mentah
Para petani diberikan kesempatan untuk menggarap lahan-lahan milik Al Zaytun dengan sistem bagi hasil. Petani tak perlu pusing dengan modal usaha tani.
Karena, sudah ditanggung Al Zaytun berikut bimbingan demi kemajuan bertani. Petani kembali ke ladang adalah anugerah yang agung bagi bangsa.
Kehidupan masyarakat dalam kurun waktu yang terbilang cepat, telah mengalami banyak perubahan ke arah yang lebih maju.
Terbukti dari banyaknya titik-titik usaha masyarakat yang bermunculan di sekitar Ponpes Al Zaytun. Daerah tertinggal itu telah berubah drastis, menjadi semakin terlihat hidup geliat perekonomian masyarakatnya.
BACA JUGA:Diberhentikan Tidak Hormat dari Polri, Teddy Minahasa Ajukan Banding