Wisata Gang, Ada 6 Lokasi Layak Dikunjungi, Bukti Kejayaan Masa Lalu Kota Cirebon

Jumat 08-09-2023,13:49 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

BACA JUGA:Polisi Amankan Galian Ilegal di Majalengka, Dua Alat Berat Disita

Sementara, dua makam para pengawal nampak terletak di sisi kanan dan belakang makam Tumenggung Aria Wiracula. Terdapat juga sebuah makam yang diduga sebagai kuburan kuda peliharaan Tumenggung Aria Wiracula.

Dua makam pembantu berada di bagian belakang makam utama. Dua makam inilah yang bentuknya seperti makam umat Islam di Indonesia.

4. Masjid Merah Panjunan

Masjid ini berumur sekitar 524 tahun. Mulanya  tahun 1480 merupakan sebuah surau yang dibangun oleh Pangeran Panjunan (Syarif Abdurrahman). Dahulu ukurannya 150 m2.

Surau ini dibangun 18 tahun sebelum pembangunan Masjid Sang Cipta Rasa. Dengan demikian, surau ini merupakan tempat ibadat umat Islam kedua di Cirebon, setelah  Tajug Pejlagrahan di Kampung Sitimulya.

BACA JUGA:Ketika Luluk Sofiatul Jannah Menangis Minta Maaf, Orangtua Siswi Magang yang Dibentak Jadi Sorotan

Dikenal  dengan nama Masjid Merah karena dindingnya dibangun dari susunan bata merah ekspose. Sementara Panjunan menunjuk pada nama kampung di mana masjid ini berada.

Pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, surau ini kerap digunakan untuk pengajian dan musyawarah Wali Sanga.

Ketika Kesultanan Cirebon diperintah Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati), sekitar 1549, halaman masjid dipagar dengan kuta kosod. Pada pintu masuk dibangun sepasang candi bentar dan pintu panel jati berukir.

Sekitar tahun 1978 masyarakat setempat membangun menara pada halaman depan sebelah selatan, sementara candi bentar dan pintu panel dibongkar.

BACA JUGA:Jalin Sinergitas, Ketua DPRD Apresiasi Kunjungan Pengurus PWI

Keadaan tata ruang masjid yang masih terawat ini bertahan hingga sekarang. Hanya pernah penggantian atap sirap oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat pada tahun 2001-2002.

Pembangunan Mesjid Merah Panjunan berkaitan dengan migrasi keturunan Arab ke Cirebon pada sekitar abad ke-15.

Dalam  Babad Cirebon (Suleman Sulendraningrat, 1984) dikisahkan, bahwa Syarif Abdurakhman dan ketiga adiknya diperintah ayahnya (Sultan Bagdad) untuk bermigrasi ke Pulau Jawa.

Mereka adalah Syarif Abdurachim, Syarif Kafi dan Syarifah Bagdad. Daerah tujuan mereka adalah Cirebon.

Kategori :