BACA JUGA:Dukung Afrika Selatan, Komisi I DPR RI Desak Indonesia Tuntut Israel ke Pengadilan Internasional
Saat mendaftar para korban membayarkan sejumlah uang. Nilainya mulai dari Rp16 sampai dengan 30 juta per orang.
"Dana tersebut dibayarkan secara cash dan transfer ke rekening Bank BNI atas nama MRF selaku Genaral Manager PT ZR, kemudian menyerahkan dokumen asli yaitu Akta, KTP, Ijazah, sertifikat keahlian, dan paspor," tutur Mila Cheah.
Sementara itu, dokumen tersebut sampai saat ini masih ditahan atau disita oleh PT ZR. Sedangkan para korban ditempatkan di penampungan sementara. Lokasinya di sekitaran Kantor PT ZR.
Belakangan tempat penampungan itu pun dikosongkan. Diduga karena ada laporan dari korban lain yang berasal dari Lombok.
Disebutkan bahwa laporan kasus dari korban asal Lombok tersebut saat ini sudah diproses oleh kepolisian.
"Sehingga para korban yang rata-rata berasal dari luar daerah ini harus mencari indekos di tempat lain dengan biaya mereka sendiri," jelas Mila.
Mila menambahkan, belum ada kejelasan terkait nasib para calon pekerja migran tersebut.
Mereka sudah membayar sejumlah uang dan dijanjikan berangkat ke Korea Selatan, namun hingga kini belum diberangkatkan.
"Para korban berusaha mendatangi kantor PT ZR berkali kali namun pihak PT tersebut menyampaikan sedang menunggu proses dan berjanji akan mengembalikan biaya yang sudah dikeluarkan para korban yaitu masing masing sebesar 15 juta saja," ungkap Mila.
"Alasan mereka akan mengembalikan dana tidak utuh dikarenakan ada potongan biaya mess, paspor, medical check up, dan biaya pra test. Namun hingga saat ini pengembalian dana tersebut tidak kunjung terealisasi," imbuhnya.
Selain ke Korea Selatan, ada juga korban yang dijanjikan pekerjaan dan akan diberangkatkan ke Australia.
Para korban sudah berupaya untuk mendatangi kantor PT ZR. Mereka berharap uang yang sudah disetorkan bisa segera dikembalikan.
Menurut Mila, sempat terjadi keributan antara korban dan pihak PT ZR. Dia menduga, ada keterlibatan ketua RT yang berpihak kepada PT ZR.
"Seharusnya Ketua RT bisa menengahi atau mencarikan solusi bukan keberpihakan, dan kejadian itu telah di dokumentasikan sebagai barang bukti," tandasnya.
Artikel ini telah diterbitkan Disway.id dengan judul: Puluhan Calon Pekerja Migran Diduga Ditelentarkan Sebuah Perusahaan di Jaktim, Dijanjikan Bekerja di Korsel dan Australia