Orang-orang suku Han tersebut, sambungnya, ditempatkan oleh Sultan di Sunyaragi dengan menempati Pelataran Pande Kemasan.
"Pelataran tuh hamparan, pande itu ahli, kemasan itu cinderamata," jelas pria yang memiliki jenggot lebat ini.
Penempatan orang-orang Han tersebut, sebut Jajat, merupakan bagian dari konsep Sunyaragi pada zaman dahulu.
Dipaparkannya, Pelataran Pande Kemasan yang ditempati orang-orang Han itu, merupakan bagian terakhir dari alur di Komplek Goa Sunyaragi.
BACA JUGA:Maret 2024, Kementerian BUMN Buka Program Rekrutmen Untuk Lulusan SMA Hingga S2
Karena konsep zaman dulu, ketika orang berkunjung ke Sunyaragi, jelas Jajat, masuk dari Kolam Simayang terus ke Bangsal Jinem kemudian ke Arga Jumut dan melewati Pelataran Pande Kemasan.
"Jadi sebagai bukti dari Sunyaragi, pulang membawa oleh-oleh cinderamata berupa gelang, cincin, kalung yang terbuat dari emas buatan orang-orang Han tadi," jelasnya.
Selain itu, keterlibatan orang-orang Han dalam pembangunan Goa Sunyaragi, dibenarkan oleh Jajat.
Menurutnya, ketika Belanda akan melakukan renovasi terhadap Goa Sunyaragi yang mengalami kerusakan, pihak Belanda melakukan konsultasi kepada warga keturunan dan pihak keraton.
BACA JUGA:Maret 2024, Kementerian BUMN Buka Program Rekrutmen Untuk Lulusan SMA Hingga S2
Oleh sebab itu, orang-orang Han meminta izin untuk dibuatkan Monumen China di Komplek Goa Sunyaragi.
"Monumen itu, yang membuatnya orang-orang Han atas izin dari Sultan," tambah Jajat.
Dijelaskan lebih lanjut, pembangunan monumen itu, merupakan bentuk penghargaan keluarga keraton kepada warga keturunan yang ada di Cirebon.
"Bahwa pembangunan Goa Sunyaragi, juga melibatkan warga keturunan," sambungnya.
BACA JUGA:5 Alasan Induk Kucing Meninggalkan Anaknya
Dengan begitu, Jajat menegaskan jika Monumen China yang ada di Taman Air Goa Sunyaragi, bukan merupakan kuburan warga keturunan.