Masalah saat Belajar di Rumah, Kuota Harus On Terus

Sabtu 02-05-2020,18:30 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Senada dikatakan Resha. Dia mengaku kewalahan saat sang anak harus belajar di rumah. Dengan belajar dari rumah, menjadikan Resha menjadi seorang ibu sekaligus guru. Karena dia harus mengajari anak dan mengawasi tugas-tugas yang diberikan guru.

“Saya akui tak bisa sesabar guru di sekolah ya. Apalagi SPP pun tetap bayar full, cukup stres kalau kondisi ini terus berlangsung,” ungkapnya.

Physical distancing karena pandemi Covid-19 yang menjadi acuan siswa sekolah belajar dari rumah secara online juga dirasakan Apri Catur Wulandari. Ia harus ekstra. Terutama membagi waktu antara belajar anak dan tuntutan kerja.

“Nilai plusnya memang anak-anak cepat mampu beradaptasi dengan laptop, internet, dan sarana online sistemnya. Tapi pengeluaran untuk paket internet dan tak adanya keringanan SPP cukup lumayan juga,” terang wali murid di salah satu sekolah swasta di Cirebon tersebut.

Orang tua lainnya, Indah Susanti Wahyudi juga mengaku selama pandemi ini berlangsung kebutuhan kuota memang jadi boros. Namun jika dihitung dengan pengeluaran anak selama sekolah, Indah menilainya sama saja.

Contohnya uang saku, bensin anak sekolah atau angkutan umum. Itu bisa mencapai Rp50 ribu per hari.

“So far, KBM di rumah ya sama saja menurut saya. Cuma bedanya alokasi dana yang sekarang lebih ke kuota kalau KBM di sekolah ke uang saku dan angkutan,\" terangnya.

Indah yang buah hatinya kini duduk di bangku kelas 1 SD mengungkapkan kerap melakukan video conference, online record video dan berbagai tugas yang dikirimkan dengan menggunakan internet. Sejauh ini melakukannya tanpa kendala karena sejak dulu Indah menggunakan paket bulanan untuk akses internet.

2

Ada juga penututan Mardiah Ramayanti. Meski anaknya kini masih TK, kebutuhan kuota dikatakan meningkat seiring pembelajaran dilakukan di rumah. Sejak awal bulan Maret setiap hari buah hatinya melakukan video conference sebagai bagian dari KBM dengan rata-rata durasi 30 hingga 45menit.

Ini wajib dilakukan sebagai absensi dan setoran akan hafalan surat sang anak. Pasalnya buah hatinya ini bersekolah di TK RA Baitul Rahman Bima, di mana sang anak diwajibkan menghafal beberapa surat pendek.

“Sekarang setelah wisuda beberapa hari lalu, KBM tidak sekencang biasanya tidak setiap hari,\" ungkap wali murid yang juga sebagai Ketua Komite di TK RA Baitul Rahman Bima ini.

Dengan dilakukannya pembelajaran melalui daring ini kebutuhan kuota pun tentu meningkat. Namun, menurutnya, ini tak menjadi masalah. Pasalnya banyak provider yang saat ini memberikan harga murah dengan paket kuota besar. Bahkan ada juga paket ketengan dengan harga terjangkau.

“Sekarang saya pintar-pintar cari provider yang memberikan harga termurah karena sedang perang harga. Kira-kira sekarang saya spend Rp100 ribu pun sudah bisa dapat kuota besar untuk anak akses pembelajaran,” tuturnya.

Belum lagi, lanjutnya, banyak provider yang memberikan akses gratis. Misalnya hanya Rp1 untuk akses di beberapa platform belajar online. Hal ini tentu bisa dimanfaatkan bagi para orang tua untuk memberikan pembelajaran pada anak.

Tak lupa dia juga selalu mengikutsertakan anak pada kegiatannya agar anak memiliki keahlian atau keterampilan lain seperti memasak bersama. “Untuk pengeluaran sebenarnya kita bisa meminimalisir dengan mencari paket kuota termurah. Saya rasa pengeluaran saat anak sekolah dan sekolah di rumah sama saja jika di-breakdown pengeluarannya,” ungkapnya.

ADA KERINGANAN

Tags :
Kategori :

Terkait