Ok
Daya Motor

Eyang Hasan Maolani, Ulama Kuningan Diasingkan ke Manado, Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Eyang Hasan Maolani, Ulama Kuningan Diasingkan ke Manado, Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Barang bersejarah peninggalan KH Eyang Hasan Maolani dipamerkan di Rumah Keramat Eyang Hasan Maolani, Lengkong, dalam rangka Halal Bihalal dan Sarasehan Nasional, Kamis (3/4/2025).-Istimewa -Radarcirebon.com

Ia menambahkan, upaya pelestarian benda-benda bersejarah terus dilakukan. Pemkab Kuningan berencana menjadikan kawasan rumah peninggalan beliau sebagai situs edukasi sejarah dan wisata religi.

Ketua Paguyuban Keluarga Besar KH Eyang Hasan Maolani, KH Iing Sihabudin, mengadakan acara ini bertujuan mempererat silaturahmi bersama keluarga besar baik secara biologis maupun ideologis untuk menggali lebih dalam nilai-nilai kepribadian dan kepahlawanan KH Eyang Hasan Maolani.

BACA JUGA:Reuni dan Halalbihalal Keluarga RD Ebeng Natasasmita-Siti Unah

BACA JUGA:Alami Penurunan, BKAD Catat Rp20 M untuk Biaya Tidak Terduga

“Paguyuban ini telah berdiri selama sembilan bulan dan terus berupaya memperkuat struktur organisasi. Kami juga mendorong penataan Rumah Adat/Keramat agar dapat difungsikan sebagai museum guna menyimpan benda pusaka peninggalan KH Eyang Hasan Maolani yang kini masih tersebar di berbagai rumah ahli waris,” jelasnya.

Dikisahkan dalam buku Mengenang Sang Kyai Sedjati Eyang Maolani karya Abu Abdullah Hadziq, Eyang Maolani atau Eyang Hasan Maolani, Eyang Manado adalah ulama besar asal Lengkong yang dibuang Belanda ke Manado (tepatnya kampung jawa Tondano Sulawesi Utara) pasca-Perang Diponegoro pada pertengahan abad ke-19. 

Ia dikenal sebagai tokoh yang disegani dan memiliki pengaruh besar. Ia telah menunjukan konsistensinya sebagai anak bangsa yang anti penjajah dan pantang berkhianat kepada rakyatnya.

Selain dikenal sebagai ulama, Eyang Maolani memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi. 

Dikisahkan, Eyang Maolani tidak pernah makan kenyang selama hidupnya dan sering bertafakur di Goa Bojong Lengkong sambil mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, Muhammadun Rasulullah.

Ia juga menjalani tirakat dengan mengurangi makan, minum, dan tidur demi mengamalkan pepatah Sunda, Lamun hayang boga peurah kudu daek peurih.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: