Telat Vaksinasi
Dalam waktu tiga bulan seluruh penduduk Inggris yang ”waji vaksin” sudah mendapat suntikan pertama. Setelah itu barulah dilakukan suntikan kedua. Yakni suntikan untuk memperbanyak lagi angka imunitasnya.
Dengan konsep itu tampaknya Inggris yang akan lebih dulu bisa menuntaskan pandemi ini. Yang sampai kemarin pun belum ada negara lain yang berniat mengikuti caranya.
Lalu bayangkan Eropa. Yang kapan memulainya pun belum bisa ditetapkan. Prancis yang sudah siap menentukan kelompok mana yang akan menjalani vaksinasi pertama langsung menundanya. Demikian juga Spanyol dan Portugal.
Negara-negara Eropa itu kini malu besar. Dan ini sensitif. Bisa memicu ketidakpuasan negara-negara anggotanya. Yang negara-negara itu juga ditekan oleh rakyat mereka masing-masing.
Bayangkan, gambaran kasarnya, Eropa baru mulai dapat jatah vaksin AstraZeneca di akhir Maret. Padahal Indonesia saja, akhir Maret itu, seluruh tenaga medis, pendukung tenaga medis, polisi, tentara dan pejabat pemerintah sudah selesai divaksinasi. Sehingga, seperti dikatakan Menkes Budi Sadikin, 1 April sudah mulai bisa dilakukan vaksinasi untuk masyarakat umum.
Saya harus mengakui Indonesia sangat sigap dalam memutuskan soal vaksin ini. Dengan demikian Indonesia masuk kelompok 40 negara yang sudah mulai melakukan vaksinasi di bulan Januari 2021.
Tentu langkah 40 negara itu juga akan sia-sia –manakala negara selebihnya tidak segera menuntaskannya. Dalam hal pandemi ini tidak boleh ada istilah ”menang sendiri”. Yang menang itu akan kalah lagi ketika ada virus dari ”negara kalah” ke ”negara menang” –di saat keampuhan khasiat vaksinasi sudah berakhir.
Mungkin Eropa perlu segera menyetujui penggunaan vaksin baru produksi Johnson & Johnson. Dan langsung memesannya. Lewat kontrak yang lebih jelas kepastiannya. Dan jangan lupa: segera kirim uangnya.
Vaksin Johnson & Johnson itu punya keistimewaan tersendiri. Cukup satu kali penyuntikan. Penyimpanannya pun mudah. Bisa di suhu 2 sampai 8 derajat Celsius.
Kelemahannya: afikasinya hanya sedikit di atas 60 persen. Kurang lebih sama dengan yang buatan Tiongkok.
Apalagi Johnson Johnson –perusahaan Amerika ini– punya juga fasilitas untuk memproduksinya di Belgia –ibu kotanya Uni Eropa.
Siapa tahu dengan menunggang Johnson & Johnson Eropa bisa mengejar Inggris –agar tidak perlu jadi malu. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: