Permintaan Global Meningkat Bikin Harga Minyak Melesat 2 Persen
HARGA minyak melesat sekitar 2 persen pada Kamis, di tengah indikasi produsen OPEC Plus bakal meningkatkan output lebih lambat dari ekspektasi dalam beberapa bulan mendatang. Di sisi lain, melonjaknya permintaan bahan bakar global menyebabkan pasokan mengetat.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melambung USD1,22 atau 1,6 persen menjadi USD75,84 per barel, demikian dikutip dari laporan Reuters, di New York, Kamis (1/7) atau Jumat (2/7) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, menetap di posisi USD75,23 per barel, melejit USD1,76, atau 2,4 persen. Selama sesi tersebut, kedua tolok ukur itu meroket lebih dari USD2 per barel, mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018.
Kontrak berjangka memangkas kenaikan setelah Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, yang dikenal OPEC Plus, menunda pertemuan tingkat menteri hingga Jumat untuk menggelar lebih banyak pembicaraan tentang kebijakan output minyak, kata narasumber, setelah Uni Emirat Arab memblokir rencana pengurangan pemotongan pasokan segera.
“Penundaan pembicaraan seperti itu tidak biasa dan tampaknya menunjukkan beberapa perselisihan signifikan dalam organisasi tersebut di antara para peserta,” kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates. Sebelumnya, sumber OPEC Plus mengatakan kelompok itu diperkirakan meningkatkan produksi sebesar 0,4 juta barel per hari per bulan dari Agustus hingga Desember 2021.
“Saya sangat yakin dalam waktu dekat, OPEC Plus, yang dipimpin Arab Saudi, berusaha menekan negara-negara konsumen dan menghasilkan harga yang lebih tinggi untuk menebus kehancuran yang terjadi tahun lalu,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital, New York.
Sejumlah pelaku pasar tetap skeptis terhadap proyeksi permintaan. “Semua orang meminum Kool-Aid OPEC di sini dan membeli cerita bahwa permintaan akan meningkat 5 juta barel pada semester kedua 2021,” kata Bob Yawger, Direktur Mizuho Securities.
Yawger mengatakan proyeksi permintaan OPEC tidak memperhitungkan kemungkinan peningkatan pasokan dari Iran, penyebaran varian Delta Covid-19 dan penggunaan bensin musiman yang lesu di Amerika. Merebaknya wabah varian Delta virus corona, meningkatkan kekhawatiran bahwa pemulihan akan goyah. (fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: