Gunung Bawah Laut di Perairan Pancitan Tidak Perlu Dikhawatirkan, Tapi,,,

Gunung Bawah Laut di Perairan Pancitan Tidak Perlu Dikhawatirkan, Tapi,,,

Ilustrasi gunung laut-Pixabay-

PACITAN, RADARCIREBON.COM - Adanya temuan gunung bawah laut Pacitan sempat membuat heboh warga sekitar.

Kepala BPBD Kabupaten Pacitan Erwin Andriatmoko mengimbau kepada masyarakat untuk tidak khawatir terhadap gunung bawah laut Pacitan.

Warga juga diimbau tidak panik dengan informasi temuan gunung bawah laut tersebut.

BACA JUGA:BPS: Pengangguran Terbuka Jawa Barat Terus Menurun Setiap Tahun

"Gunung itu betul ada, akan tetapi tidak ada kaitannya dengan aktivitas kegempaan yang terjadi di wilayah Pacitan selama ini. Jadi (sebaiknya) masyarakat tidak perlu khawatir," kata Erwin di Pacitan, Senin 20 Februari 2023.

Erwin mengatakan hal tersebut menyusul viralnya berita temuan gunung bawah laut Pacitan.

Menurutnya, gunung bawah laut Pacitan yang diidentifikasi Badan Informasi Geospasial (BIG) memiliki ketinggian sekitar 2.300 meter dari dasar laut itu sudah ada sejak lama.

BACA JUGA:Chery Naikkan Target Pre-Booking OMODA 5 pada IIMS 2023

Hanya saja, keberadaan gunung bawah laut Pacitan baru diketahui akhir-akhir ini.

Menurutnya, tidak pernah ada dalam sejarah kemunculan gunung dengan tiba-tiba.

"Dalam artian sekali proses gempa. Berarti gunung itu sudah lama ada cuma baru terdeskripsi atau baru ditemukan," terangnya.

Atas dasar tersebut, Erwin memastikan tidak ada kaitan antara keberadaan gunung bawah laut Pacitan dengan aktivitas kegempaan.

BACA JUGA:Ragam Kejutan Hyundai di IIMS 2023 yang Menarik Perhatian Pengunjung

Erwin mengaku juga sudah berkoordinasi dengan pejabat/petugas di BIG yang khusus menangani masalah pergunungan

Erwin berkesimpulan, jika terbentuknya gunung bawah laut Pacitan yang berada di barat daya Kabupaten Pacitan tersebut terbentuk akibat tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi sejak berjuta tahun lalu.

"Gunung itu terbentuk karena aktivitas lipatan lempeng. Sama seperti Gunung Jaya Wijaya, Gunung Everest. Everest itu kalau dilihat dari sejarahnya itu dulu lautan, sekarang menjadi gunung tertinggi di dunia. Jadi sama saja, bahwa itu terbentuk karena proses alam lipatan yang terjadi sejak berjuta-juta tahun lalu, sehingga terbentuklah gunung seperti itu," paparnya.

Terkait ancaman dampak keberadaan gunung bawah laut Pacitan, Erwin menyebutkan hal tersebut sebagai problematika tersendiri.

BACA JUGA:DPRD dan Pemkot Cirebon Sahkan Perda Tentang Keolahragaan, Begini Pesan Wali Kota Azis

Pasalnya, sampai saat ini ia menyebut belum ada teknologi yang bisa memantau aktivitas vulkanologi sedalam lebih dari 500 meter di bawah permukaan laut.

"Itu menjadi kesulitan tersendiri. Jadi tidak bisa dipantau aktivitas vulkanologinya. (sampai saat ini) yang bisa itu seperti gunung di Sulawesi Utara, itupun tidak bisa maksimal.”

“Karena alat tidak bisa berfungsi sempurna. Hanya di Sulawesi Utara itu aktivitas vulkanologi (bawah laut) bisa diidentifikasi dari peningkatan gelembung di seputaran gunung serta fenomena kematian ikan dalam jumlah masif," lanjutnya.

BACA JUGA:Bupati Cirebon Beri Bantuan kepada PMI yang Mengalami Kecelakaan Kerja

Erwin mengimbau kepada warga Kabupaten Pacitan untuk tidak resah apalagi panik berlebihan.

Menurutnya, dalam sejarah kevulkanologian di Indonesia maupun di dunia, tidak pernah ada (aktivitas vulkanologi) gunung berapi yang bisa mengakibatkan gempa bumi yang memicu tsunami kecuali di Tonga, sekitaran Kepulauan Fiji.

"Gunung Tonga itu beraktivitas karena gunungnya besar, sehingga mengakibatkan gempa yang besar (dan memicu tsunami)," katanya.

BACA JUGA:Helikopter Kapolda Jambi Mendarat Darurat, Tim SAR Gabungan Sudah Menuju Lokasi

Erwin menambahkan, saat ini yang perlu diwaspadai adalah potensi aktivitas tektonik dari lempeng bumi yang selama ini menjadi pembentuk gunung.

"Jadi yang perlu kita waspadai bukan aktivitas vulkanologi dari gunung itu, jika itu memang gunung api, Cuma sampai saat ini kan kita belum mendapat kepastian apakah itu gunung api atau bukan.”

“Tapi kalaupun itu gunung api kita sebaiknya lebih mewaspadai potensi aktivitas lempeng bumi di pesisir selatan, karena yang bisa mengakibatkan tsunami hanya itu," katanya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase