Uga Jatigede Ujungjaya Jadi Nagara, Benarkah Sudah Meramalkan Waduk Jatigede hingga Bandara Kertajati?

Uga Jatigede Ujungjaya Jadi Nagara, Benarkah Sudah Meramalkan Waduk Jatigede hingga Bandara Kertajati?

Uga Jatigede dikaitkan dengan masa depan Ujungjaya yang bakal menjadi kota dan maju.-Apri Subroto/Ist-radarcirebon.com

BACA JUGA:Ratusan Benda Pusaka Dipamerkan, Keris Kujang Cangak Ondol Asli Cirebon Paling Unik

Maksudnya apabila Jatigede dalam hal ini kabuyutan yang diamanahkan oleh para leluhur untuk dijaga tercantum dalam Amanah Buyut dan Amanah Galunggung dijadikan Sagara atau ditenggelamkan, artinya merupakan pertanda bahwa Darma Raja Tinggal Beja/Cerita.

Raja yang menjalankan Darma atau menjaga Amanah sudah tidak ada hanya tinggal cerita saja. Pemimpin yang amanah yang menjaga nilai dan norma kehidupan sudah tidak ada.

Dampaknya tentu saja Ujungjaya Jadi Nagara atau Negara Berada Pada Ujung Kejayaannya, artinya Negara sudah habis masa kejayaannya dan mulai fase kemunduran atau kehancuran.

“Para dalang wayang golek saja tidak mau manggung di Ujungjaya karena keyakinan kalau sudah sampai ke Ujungjaya, berikutnya tidak akan sukses lagi,” tulis keterangan Kabuyutan Cipaku.

BACA JUGA:Menuju Sumedang Industrialpolis, Bandara Kertajati, Cisumdawu dan Patimban jadi Pemikat Investor

“Jatigede Jadi Sagara, Darmaraja Tinggal Beja, Ujung Jaya Jadi Nagara. Jatigede adalah tanda dan merupakan ujian bagi seluruh Bangsa Indonesia, merupakan indikator negara, maju atau tidak,” kata Kabuyutan Cipaku.

Oleh karena itulah dapat dikatakan bahwa Jatigede adalah ujian Jatidiri Bangsa Indonesia apakah masih memiliki jatidiri bangsa yang kokoh atau sudah luluh lantah.

Tetapi, di balik kehancuran tentu ada penciptaan, Yang Maha Kuasa selalu memberikan keseimbangan.

Di balik Uga Ujungjaya Jadi Nagara ada juga Sukapura Ngadaun Ngora, Galunggung Ngadeg Tumenggung.

BACA JUGA:Meraih Merdeka Bersama AHASS: Program Spesial Servis Sepeda Motor Honda untuk Merayakan Kemerdekaan

Artinya akan ada Daun Muda atau daun segar tumbuhnya kesadaran untuk menjalankan lagi Ajaran Darma.

Raja atau pemimpin yang amanah dan tentu saja setiap manusia adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri dan keluarga.

Dengan menjadi pemimpin yang amanah maka Galunggung atau Galuh Hyang Agung Ngadeg Tumenggung.

Ajaran Kesucian atau Jalan Tuhan akan tegak berdiri dan dianut serta dijalankan oleh para pemimpin maka tentu saja Kemakmuran dan Kejayaan akan dicapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: