Bahasa Sunda Miliki 'Undak Usuk' Akibat Penjajahan Mataram di Bumi Priangan

Bahasa Sunda Miliki 'Undak Usuk' Akibat Penjajahan Mataram di Bumi Priangan

Undak usuk pada Bahasa Sunda diduga karena pengaruh Mataram.-Ist via Quora-radarcirebon.com

BACA JUGA:Rombongan SLB dari Majalengka Kecelakaan di Tol Cisumdawu, Ada 2 Korban Meninggal Dunia

Naskah itu memuat kisah perjalanan seorang tokoh bernama Bujangga Manik mengelilingi Tanah Jawa dan Bali. Naskah ini ditulis pada daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata.

Saat ini naskah tersebut disimpan di Perpustakaan Bodleliab di Universitas Oxford.

Naskah Bujangga Manik seluruhnya terdiri dari 29 lembar daun nipah. Masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata.

Dalam naskah tersebut, tidak menunjukkan adanya stratifikasi bahasa. Bahkan dalam satu paragraf, sang tokoh utama, Bujangga Manik alias Ameng Layaran, merujuk dirinya sendiri dengan kata ganti aing saat bercakap dengan ibunya.

BACA JUGA:Pesta Rakyat Simpedes 2023 Hadirkan Semarak Pesta Seni hingga Edukasi Keuangan

Mungkin jika sekarang, bahasa Sunda Kuno versi Pujangga Manik ini tidak elok. Apalagi menggunakan kata “aing” kepada sang ibu. Tentu akan dicap sebagai anak durhaka.

“Ambuing karah sumanger/ pawekas pajeueung beungeut/ ambu kita deung awaking/ sapoé ayeuna ini/ pajeueung beungeut deung aing/ mau nyorang picarék deui/ mau ma ti na pangimpian/ pajeueung beungeut di bulan/ patempuh awak di angin." 

Begitu isi dari salah satu percakapan dalam naskah tersebut.

Jika diartikan adalah: “Karena itu, bunda selamat tinggal/ untuk yang terakhir bertatap muka/ kita, bunda bersama denganku/ hanya sehari inilah/ bertatap muka denganku/ tak kan pernah berbincang lagi/ kecuali hanya dalam mimpi/ saling tatap muka di bulan/ bersentuh raga di angin”.

BACA JUGA:Arist Merdeka Sirait Meninggal Dunia, Polri Turut Berduka

Jika dilihat dari isi naskah tersebut, sepertinya sulit dimengerti. Kecuali para penutur bahasa Sunda loma bisa dengan mudah mengerti sebagian besar kalimat-kalimat di atas. Tentu tanpa perlu diterjemahkan ke bahasa Sunda modern. Kecuali beberapa kata yang berevolusi. Seperti mau menjadi moal.

Mulai abad 17, karena pengaruh feodalisme Mataram, sistem undak usuk tersebut diadopsi. Kebanyakan kata serapan dari bahasa Jawa itu ditempatkan di tingkatan halus (Sunda: lemes).

Bandingkan dengan kosa kata asli bahasa Sunda yang kebanyakan ditempatkan sebagai basa loma (bahasa akrab, bahasa pasar, sering disalahartikan sebagai bahasa kasar). Meskipun banyak pula kosa kata asli Sunda yang masuk kategori halus.

Berbeda dengan Priangan dan Galuh, Banten (milik Kesultanan Banten) dan Batavia (dikuasai VOC) tidak ditaklukkan oleh Mataram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: