Mengunjungi Masjid Al Karomah di Desa Depok, Masjid Tua yang Jadi Tempat Hilangkan Rungkad

Mengunjungi Masjid Al Karomah di Desa Depok, Masjid Tua yang Jadi Tempat Hilangkan Rungkad

Masjid Al Karomah di Desa Depok, konon ampuh menghilangkan stres bagi mereka yang tengah hidup dalam kerungkadan. -KHOIRUL ANWARUDIN-radarcirebon.com

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Jika merindukan suasana yang jauh dari kebisingan kota, Masjid Al Karomah di Desa Depok Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon ini sayang jika harus dilewatkan. Kesunyian masjid tua ini, konon ampuh menghilangkan stres bagi mereka yang tengah hidup dalam kerungkadan.

Kesan asri dan teduh memang sangat terasa saat mengunjungi masjid ini. Masjid ini berada di tepi Sungai Jamblang dan dikelilingi pohon-pohon besar nan rindang. Sementara di depannya, terdapat hamparan sawah hijau bak permadani.

Kompleks masjid ini memuat beberapa bangunan. Di salah satu sisi gerbang masuk, ada kamar kecil dan tempat berwudhu untuk pria dan wanita. Di sebelahnya, ada halaman kosong yang bisa dijadikan halaman parkir kendaraan roda dua dan tempat tinggal pengurus masjid.

Di depan halaman masjid terdapat bangunan seperti selasar. Ukurannya pun tidak sebesar bangunan masjid yang terdiri atas tiga bagian. Selasar menjadi tempat pertemuan dan peristirahatan mereka yang mengunjungi masjid itu.

BACA JUGA:Berikan Bantuan untuk Anak Yatim dan Guru Ngaji, Bupati Imron Titip Pengawasan Anak

BACA JUGA:Jelang Kontra Australia, Timnas Indonesia Dapat Angin Segar

Tampak dari arsitektur yang ada di dalamnya, bangunan itu telah berusia ratusan tahun. Ada beberapa saka guru dan rangka yang terbuat dari kayu yang menopang bangunan. Di dalam kompleks masjid juga dapat ditemukan beberapa makam.

Tidak jelas, kapan dan bagaimana masjid yang sekilas memiliki kesamaan arsitektur dengan Masjid Merah Panjunan dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Ini. Namun berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat setempat, masjid ini konon berdiri sekitar akhir abad 14 hingga abad 15 masehi akhir.

"Bisa jadi masa pendiriannya pada masa Syekh Syarif Hidayatullah atau bahkan sebelumnya, kalau melihat zaman kerajaan atau Kasultanan Cirebon," ungkap Fanani, juru kunci Masjid Al Karomah Depok.

Berdasarkan cerita yang berkembang juga disebutkan kalau masjid tersebut mulanya hanya merupakan surau kecil sebagai tempat syiar agama islam. Tokoh yang terkenal yang kemudian dipercaya sebagai sosok yang mendirikan Masjid Al Karomah ini adalah Syekh Maujud dan Syekh Pasiraga.

BACA JUGA:Bey Machmudin Ajak Masyarakat Pasang Patok Tanda Batas Tanah

BACA JUGA:Pemeran Film Pemukiman Setan Roadshow di Kota Cirebon

Kendati begitu, masih terdapat kesimpang siuran mengenai hubungan antar keduanya. Namun yang masyhur, diceritakan bahwa Syekh Pasiraga merupakan guru dari Syekh Maujud. Dimana, Syekh Pasiraga juga merupakan cucu dari Syekh Syarif Hidayatullah dari Pangeran Trusmi.

"Selama belajar, pesan yang disampaikan juga hanya tiga, yaitu ana banyu ana iwak, ana endut ana welut, ana sega ana intip (Ada air ada ikan, ada lumpur ada belut, ada nasi ada intip). Sampai sekarang dalam memaknai filosofi itu berbeda beda. Tapi initinya kita harus sederhana dan istiqomah," ungkap Fanani.

Menurut Fanani, wilayah Desa Depok sendiri, kemungkinan merupakan daerah yang menjadi tempat pertempuran antara Kasultanan Cirebon dengan Kerajaan Galuh, dimana Sungai Jamblang menjadi batas keduanya.

Pasalnya, di Desa Depok ini terdapat sedikitnya 13 kompleks pemakaman. Saking banyaknya makam, bahkan disebutkan kalau jumlah makam yang ada lebih banyak dibanding jumlah pendudum Desa Depok sendiri.

BACA JUGA:Inilah Beberapa Alternatif Atasi Mabuk Durian, Bisa Dicoba!

BACA JUGA:Bek Timnas Indonesia Ini Tak Gentar Lawan Australia di Babak 16 Besar Piala Asia 2023 Qatar

Dilihat dari struktur dan jenis bata yang digunakan, mengindikasikan kalau kompleks-kompleks pemamakan tersebut telah berusia ratusan tahun. "Warga sini juga tidak tahu siapa-siapa saja yang dikuburkan disana. Dan apakah yang dikuburkan benar-benar manusia atau bukan, warga juga tidak tahu," katanya.

Fanani menyebut bahwa, meskipun kajian akademik terkait Masjid Al Karomah dan sosok pendirinya masih minim, namun hal itu tidak membuat warga pusing. Warga justru sangat mendukung dalam upaya pelestarian warisan situs bersejarah tersebut. Bahkan ketika banyak orang dari berbagai daerah datang dan melakukan tirakat di masjid tersebut.

Para musafir itu datang dengan beragam alasan. Mulai dari masalah usaha, pekerjaan, keluarga hingga utang piutang.

"Memang masjid ini biasa digunakan oleh orang-orang yang ingin menyepi dan mencari ketenangan batin. Biasanya mereka berdiam antara satu minggu hingga 3 bulan untuk bertirakat dengan melakukan shalat berjamaah, puasa dan wirid," ungkapnya.

BACA JUGA:Hindari 5 Kebiasaan Ini Jika Ingin Badan Tetap Sehat dan Diberikan Panjang Umur

BACA JUGA:Perkuat Sinergi, Pertamina Pasok BBM dan Pelumas ke Polda Banten

Memang tak ada garansi setiap masalah yang dialami para musafir itu hilang begitu dirinya selesai melaksanakan tirakatnya. Namun bagi Fanani yang terpenting, mereka tetap ingat kepada sang pencipta dengan apapun keadaannya.

"Makanya, kita biarkan saja mereka. Dengan mereka mau shalat berjamaah, mau wirid dan puasa saja kita sudah beryukur. Artinya, mereka tetap mau beribadah dan ingat kepada Allah Swt," pungkasnya  (awr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: