Bayi Kembar asal Ciawigajah alami Perut Dempet, Tidak Terdeteksi Sewaktu USG

Bayi Kembar asal Ciawigajah alami Perut Dempet, Tidak Terdeteksi Sewaktu USG

Ilustrasi: Bayi kembar siam dari pasutri Yayat dan Saomah, yang lahir di RSUD Linggajati Kabupaten Kuningan dan telah dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung, membutuhkan uluran bantuan untuk operasi pemisahan. -Dok-radarcirebon.com

Kakak kandung Saomah, Mas’an didampingi adik iparnya, Dedi Mulyadi menerangkan, tanggal 3 Mei 2024, adiknya merasakan mulas di perut karena usia kandungannya sudah mencapai 9 bulan. 

Oleh keluarganya, Saoman dibawa ke Puskesmas Beber, Kabupaten Cirebon. 

Setelah dilakukan pemeriksaan dan menunggu prosesi pembukaan kelahiran, Saomah disarankan untuk dirawat di puskesmas. 

Namun pagi harinya atau tanggal 4 Mei, Saoman dirujuk ke RSUD Linggajati Kabupaten Kuningan. 

Tiba di rumah sakit milik Pemkab Kuningan itu, Saomah langsung mendapat penanganan tim dokter kandungan. 

“Karena proses kelahiran normal tidak bisa berjalan lancar, dokter akhirnya mengambil langkah melakukan operasi caesar untuk menyelamatkan nyawa bayi dan ibunya," kata Mas’an diamini Dedi Mulyadi kepada Radar Cirebon, Senin 17 Juni 2024.

Operasi sesar berlangsung sukses, dua bayi berjenis kelamin perempuan dengan berat badan total 4,3 kilogram berhasil dilahirkan. Namun bayi kembar itu dalam kondisi perut dempet.

Dedi menambahkan, kakak iparnya tahu hamil bayi kembar setelah menjalani USG ketika kehamilannya berjalan 9 bulan. 

Namun keluarga tidak menyangka jika bayi kembar itu dempet di bagian perut. Sebab kondisi bayi kembar dempet tidak terdeteksi ketika proses USG.

“Sekarang kedua bayi kembar itu menjalani perawatan di RSHS Bandung. Alhamdilillah kondisinya stabil," jelas Dedi.

Dari pemeriksaan diketahui jika salah satu bayi kembar tersebut mengalami bocor jantung, sehingga memerlukan penanganan ekstra dari tim medis.

Dedi juga mengatakan, organ tubuh bayi kembar siam itu ada yang saling menempel. Antara lain tulang rusuk dan liver sedikit menempel. Untuk organ tubuh lainnya terpisah alias tidak menyatu. 

“Dari pemeriksaan dokter diketahui jika tulang rusuk dan liver kedua bayi itu saling menyatu. Kemudian untuk operasi pemisahan belum tahu kapan akan dilaksanakan oleh tim dokter,” katanya.

Baik Mas’an maupun Dedi mengaku bingung memikirkan biaya perawatan bayi kembar tersebut. Itu disebabkan biayanya ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. 

"Keluarga Kang Yayat ini bisa disebut keluarga tidak mampu. Jadi membutuhkan pertolongan dari pemerintah daerah dan dermawan. Semoga saja pak bupati Cirebon berkenan membantu pembiayaan kedua keponakan kami itu,” imbuh Mas’an dan Dedi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: