Cendekiawan Muslim Tanggapi Maraknya PHK Buntut Gerakan Boikot Produk Terafiliasi israel
Cendekiawan Muslim Tanggapi Maraknya PHK Buntut Gerakan Boikot Produk Terafiliasi israel-KHOIRUL ANWARUDIN-radarcirebon.com
RADARCIREBON.COM - Cendekiawan Muslim Nadirsyah Hosen meminta masyarakat, khususnya para mahasiswa untuk bijak dengan seruan boikot terhadap produk-produk yang disebut-sebut terafiliasi Israel melalui media sosial. Masyarakat diminta selektif terhadap semua informasi dan propaganda yang berkembang di era AI (Artificial Inteligence) seperti saat ini.
Guru Besar Monash University Australia itu mengungkapkan bahwa dirinya setuju dengan aksi boikot terhadap Israel. Terutama mengingat kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel sudah sangat luar biasa terhadap terhadap masyarakat Gaza di Palestina.
Melakukan boikot terhadap produk-produk yang disebut-sebut terafiliasi dengan Israel sendiri, kata Nadir merupakan hak konsumen untuk menyuarakan dukungannya untuk maayarakat Palestina. Hanya saja, maayarakat hendaknya bersikap kritis dalam menyikapi segala sesuatu. Jangan sampai, mahasiswa hanya ikut-ikutan terbawa emosi dan larut dalam euforia dalam menyikapi isu sosial yang terjadi.
"Masalahnya adalah kalau boikotnya salah sasaran? Bagaimana kalau yang seharusnya diboikot A, malah yang diboikot adalah B. Maka dari itu media sosial disini berperan," ungkap Nadir usai mengisi seminar internasional bertajuk AI, Social Media and Islam in a Globalized World : Challenges and Oportunities, di Auditorium Pascasarjan UINSSC, Kamis (5/11/2024).
BACA JUGA:Sempat Panas saat Pj Bupati Kuningan Datang, Warga Ahmadiyah: Kami Diinjek-injek!
Namun demikian, kata Nadir sangat disayangkan jika aksi boikot itu justru malah membuat kesengsaraan baru bagi masyarakat.Terutama yang terkena dampak PHK dari adanya ajakan boikot itu.
“Kita tidak menolak untuk boikot asal memang itu benar-benar terafiliasi Israel. Tapi, jangan sampai karena kebencian terhadap satu produk malah merugikan bangsa sendiri,” lanjutnya.
Oleh karena itu, kata Nadir perlu adanya counter terhadap informasi yang beredar di media sosial dan internet secara umumnya. Masyarakat harus lebih melek terhadap teknologi dan informasi, terutama dalam kemampuan berfikir kritis. Sehingga setiap informasi yang masuk, bisa dipilah mana yang benar dan mana yang hanya propaganda.
Nah, disinilah perlunya peran pemerintah dan lembaga terkait, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), akademisi, asosiasi pengusaha dan ormas islam lainnya untuk duduk bersama, mencari solusi atas dampak boikot terhadap maayarakat Indonesia.
BACA JUGA:Di Hadapan Ratusan Penderita Katarak, Agus Jabo Paparkan Komitmen Pemerintah Dalam Wujudkan Rakyat Tersenyum
Nadir mengungkapkan bahwa terkait hal ini, dalam Fatwa MUI tidak pernah disebutkan kata-kata boikot sama sekali. Justru kata Nadir, yang disebutkan adalah mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina dari agresi Israel dan ini yang ditafsirkan beberapa pihak sebagai boikot produk.
"Oleh karena ini, sebagai mahasiswa kalian juga harus kritis dalam menerima setiap informasi. Jangan sampai ikut-ikutan terbawa emosi dan hanyut dalam euforia, tapi malah merugikan bangsa kita sendiri," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Rektor II UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Prof Dr Ilman Nafi'a MAg menjelaskan, kedatangan Nadir ke UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon makin menguatkan kajian keislaman di PTKIN satu-satunya di Ciayumajakuning itu.
"Momentumnya tepat karena kesempatan ini UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon yang awalnya IAIN Syekh Nurjati Cirebon bertranformasi menjadi UIN Siber," ujarnya.
BACA JUGA:Kuningan Memanas, LBH Kecam Tindakan Pemerintah dan Aparat Larang Kegiatan Ahmadiyah
Ilman menambahkan, UIN Siber sedang menghadapi tantangan luar biasa. Yakni menjadi PTKIN namun harus tetap terbuka pada kajian-kajian keilmuan umum.
"Kampus ini sedang menghadapi tantangan luar biasa. Mau tidak mau sebagai perguruan tinggi Islam tidak bisa lepas dari kajian Islam," pungkasnya. (awr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: