Sepak Bola Bukan Politik  

Sepak Bola Bukan Politik  

Sanksi Berat Menunggu Serbia-Albania BEOGRAD - Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) berancang-ancang untuk memberikan hukuman berat kepada Serbia dan Albania. Ini menyusul kerusahan yang terjadi dalam lanjutan kualfikasi Grup I Euro 2016 di Stadion Partizan, Beograd (15/10). Laga dengan tensi panas itu dihentikan pada menit ke-41. Sebab, situasi mustahil dikendalikan. Baku hantam antarpemain kedua tim meluas hingga melibatkan suporter garis keras, pihak keamanan, dan polisi huru-hara. Kerusuhan bermula ketika defender Serbia, Stefan Mitrovic menarik bendera dan menjatuhkan sebuah pesawat tanpa awak alias drone yang melintas di atas lapangan. Drone dikendalikan dengan remot oleh Olsi Rama yang merupakan adik kandang Perdana Menteri Albania, Edi Rama. Bendera tersebut membuat pesan terkait dengan Kosovo. Bagi Serbia, Kosovo yang mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Februari 2008 itu masih dianggap provinsinya. Sedangkan Albania adalah negara yang paling vokal untuk mendukung kemerdekaan Kosovo. UEFA masih belum memutuskan hukuman apa yang dijatuhkan untuk kedua negara. Keputusan final baru akan keluar pada 23 Oktober waktu setempat. Tetapi tanda-tandanya, sanksi akan berat. Ini jika mengacu kepada komentar Presiden UEFA, Michel Platini. \"Kejadian di Beograd itu tidak bisa dimaafkan. Insiden itu sangat memalukan sekaligus berbahaya. Kami sedang menunggu laporan dari wasit, technical delegate, dan penanggung jawab keamanan mengenai apa yang terjadi di sana,\" ucap Platini seperti dilansir AFP. \"Bayangkan jika drone tersebut membawa bom alih-alih sebuah bendera. Apa yang terjadi di Beograd menyedihkan. Situasi seperti itu plus tensi politik yang ada membuatnya makin berbahaya,\" imbuh pria asal Prancis tersebut. Selain Platini, kecaman yang sama datang dari Presiden Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), Sepp Blatter. \"Sepak bola harusnya membawa orang-orang bergandengan tangan bersama. Pertandingan tidak boleh dicampuradukkan dengan politik apapun,\" tegas Blatter sebagaimana dilansir The Guardian. \"Saya mengutuk dengan keras apa yang terjadi di Beograd,\" imbuhnya. Meski sudah mendapatkan peringatan, kedua kubu tetap saja ngotot menjadi pihak yang paling benar. Pihak Albania dan Serbia mengaku sama-sama dirugikan atas tragedi Beograd. Kapten Albania Lorik Cana mengatakan bahwa rekan setimnya masih beruntung bisa selamat dari kejadian itu. \"Sebuah keajaiban bahwa hanya enam atau tujuh orang yang cedera di muka, leher, dan punggung. Apa jadinya jika fans tidak memukul kami dengan kursi tetapi dengan pisau? Hidup kami dalam bahaya!,\" ucap gelandang Lazio tersebut kepada koran Prancis, L’Equipe. Federasi Sepak Bola Albania (FSHF) dalam pernyataan resminya menulis bahwa pertandingan itu memang berbahaya. \"Sepanjang pemanasan, chant ofensif terus terdengar dari lebih 30 ribu penonton. Isinya adalah: Bunuh Orang-orang Albania dan Kematian Untuk Albania,” ujar pernyataan tersebut. Namun, bintang Serbia yang bermain di Southampton, Dusan Tadic tidak terima jika pihaknya yang disalahkan. Menurut dia, ada skenario besar yang berada di balik layar sehingga terjadi kerusuhan tersebut. \"Organisasi teroris membuat ini semua terjadi. Ini memang sudah direncanakan. Drone itu membuktikan semuanya,\" ucap Tadic seperti dilansir BBC. Pernyataan Tadic didukung oleh Federasi Sepak Bola Serbia (FSS). \"Kami mendapatkan provokasi yang memuakkan. Kami lebih dulu diserang!,\" tulis FSS di situs resminya. (nur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: