Rupiah Makin Mengkhawatirkan

Rupiah Makin Mengkhawatirkan

Pasar Tak Respons Reshuffle Menteri, Terjun Level Terendah 17 Tahun Terakhir JAKARTA- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah. Kemarin siang (12/8) rupiah sempat berada di level Rp13.824 pada pukul 12.00 WIB, melemah dari pembukaan Rp13.689 per dolar AS. Level tersebut merupakan level terendah dalam 17 tahun terakhir setelah sempat menyentuh level Rp15.000 pada 1998 lalu. Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemarin terjun bebas 217 poin menjadi Rp13.758 AS dari perdagangan sehari sebelumnya, Selasa (11/8), yang berada di level Rp13.541 per dolar AS. Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan pelemahan rupiah kali ini terutama disebabkan oleh perkembangan ekonomi global. Pasar masih bereaksi terhadap keputusan pemerintah Tiongkok yang melakukan depresiasi mata uang Yuan. \"Pelemahan rupiah akhir-akhir ini telah terlalu dalam (overshoot) sehingga telah berada jauh di bawah nilai fundamental (undervalued). Hal itu disebabkan oleh reaksi pasar atas keputusan pemerintah Tiongkok yang melemahkan Yuan,\" ujar Agus  Martowardojo di Jakarta, Rabu (12/8). Agus mengungkapkan, keputusan pemerintah Tiongkok itu diambil lantaran pemerintah negeri tirai bambu itu ingin mempertahankan kinerja ekspornya yang menurun drastis 8,3 persen (yoy) pada Juli 2015. \"Penurunan tersebut merupakan yang terbesar dalam empat bulan terakhir,\" tambahnya. Secara global, lanjutnya, depresiasi Yuan akan memberikan dampak pada negara-negara mitra dagang Tiongkok yang ekspornya mengandalkan sumber daya alam, termasuk Indonesia. \"Kebijakan depresiasi seperti ini pernah dilakukan pemerintah Tiongkok pada 1994 lalu yang juga berdampak pada perekonomian global kala itu,\" katanya. Terpisah, Menkeu Bambang Brodjonegoro mengakui depresiasi rupiah kali ini cukup mengkhawatirkan. Dia menyebut, faktor utama pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah devaluasi Yuan. Dia membantah jika pelemahan rupiah tersebut terkait reshuffle para menteri. Bambang mengakui, devaluasi Yuan tersebut cukup mengejutkan. Namun, dia memastikan bahwa anggaran negara masih dalam posisi aman, sekalipun terjadi pelemahan yang cukup kuat terhadap rupiah. \"APBN sih aman ya,\"katanya. Bambang mengakui dengan adanya depresiasi rupiah tersebut, pembayaran bunga utang bakal semakin membengkak. Namun hal tersebut masih bisa ditutup dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang juga akan meningkat. Karena itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan BI untuk mengatur gejolak Surat Utang Negara (SUN). \"Kita juga bisa bersama BI mengatur gejolak di SUN. Dan tidak harus lewat stabilitation framework dulu. Itu kan yield-nya sudah pada tingkat tertentu. Jadi kita koordinasi terus,\" imbuhnya. Direktur Utama BRI Tbk Asmawi Syam mengatakan dari hasil stress test atau simulasi yang dilakukan perseroan kepada sejumlah nasabah yang memiliki portofolio valuta asing menyatakan nasabah BRI aman dari dampak pelemahan rupiah. \"Pelemahan rupiah terhadap mata uang ini kan memang terjadi di semua negara terutama mitra dagang kita. Tapi yang jadi concern kami sejauh mana ketahanan nasabah BRI yang pertama natural hedge. Itu sudah kita lakukan stress test. Kami lihat bahwa semua aman,\" katanya. Sedangkan ekonom Universitas Gadjah Mada yang juga Komisaris Independen Bank Permata, Tony Prasetiantono mengatakan, kesuksesan reshuffle terhadap penguatan rupiah ada pada Darmin Nasution dan Rizal Ramli. Sebab, jabatan Kemenko Perekonomian dan Kemenko Kemaritiman memberikan efek besar pada ekonomi Indonesia. “Itu di luar dugaan. Saya kira presiden hanya memilih salah satu di antara mereka. Itu menunjukkan Jokowi ingin jabatan pentingnya dipegang oleh orang-orang yang punya kemampuan dipercaya oleh pasar,\" katanya. Khusus untuk Darmin Nasution, dia menilainya sebagai sosok yang suka terburu-buru. Sikap itu yang membuat suara sumbang muncul dengan menyentil kebijakan yang pernah dikeluarkan Darmin saat menjabat sebagai Gubernur BI. Ketika itu, dia dianggap tidak pro pasar modal karena enggan menaikkan bunga. \"Situasinya sudah berubah. Selain bukan lagi Gubernur BI, targetnya berubah. Semoga Pak Darmin lebih\"aware,\" katanya. Dalam waktu dekat, para menteri baru harus bisa mendorong belanja APBN. Menurut Tony, itu kunci supaya pertumbuhan ekonomisa bisa mencapai kepala 5. Kalau reshuffle itu diterima pelaku bisnis, rupiah disebutnya bisa menguat. Prediksinya, sampai akhir tahun mata uang nasional akan turun sampai dikisaran Rp13 ribu. Kalau kinerja menteri ekonomi terus membaik, dia optimistis rupiah bisa menguat sampai Rp12.500 di 2016. \"Tapi jangan berharap saat ini bisa langsung melesat karena ini bukan pekerjaan semalam. Yang penting, menteri baru ikut menumbuhkan harapan,\" jelasnya. Menteri baru perlu bekerja keras karena kondisi saat ini sangat buruk. Kalau sampai terpeleset, rupiah bisa terus tergerus bahkan mencapai Rp14 ribuan per USD 1. Terkait kenapa respons reshuffle belum menunjukkan hal positif, termasuk masih merahnya IHSG, disebut Tony karena reshuffle di bawah ekspektasi. Devaluasi Yuan memang disebutnya bikin nervous. Tapi, efek yang terjadi harusnya tidak selama sekarang. \"Pasar punya ekspektasi terhadap reshuffle. Mereka merasa ada menteri lain yang layak diganti, tapi masih aman,\" tuturnya. Dia yakin, tidak lama lagi pasar mulai merespons positif reshuffle sehingga terjadi rebound. Peluang itu cukup besar karena Tony menilai ekonomi Indonesia tidak terlalu buruk. \"Ini faktor sentimen. Presiden Jokowi mencoba untuk menaikkan sentiment, tapi tidak berhasil karena pasar menuntut lebih banyak (menteri yang diganti) lagi,\" tandasnya. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Yugi Prayanto mengatakan banyak pelaku usaha yang terkena dampak pelemahan rupiah. Pasalnya, banyak industri nasional yang masih ketergantungan terhadap bahan baku impor. \"Seperti industri tekstil atau industri baja. Meskipun mereka ekpor tapi bahan baku banyak juga yang harus impor,\" tegasnya. Jika tidak segera distabilkan, maka pelemahan rupiah ini membuat biaya operasional perusahaan-perusahaan yang ketergantungan impornya tinggi semakin tertekan. Dikhawatirkan hal itu bisa membuat perusahaan gtersebut gulung tikar. \"Kalau itu terjadi maka bisa memicu PHK besar-besaran. Kita tidak ingin itu terjadi,\" tukasnya. Dia menilai rupiah terus melemah adalah karena faktor global. Itu terjadi karena Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat berencana menaikkan suku bunganya. Termasuk karena Yuan Tiongkok sedang melemah dan pasar modal Tiongkok merugi tajam dalam tempo singkat. \"Itu faktor eksternal, kita tidak bisa ikut campur,\" sebutnya. Sebab, berdasar disekusi dengan Gubernur Bank Indonesia, lanjut Yugi, fundamental ekonomi nasional pada dasarnya masih cukup bagus. Namun selain faktor eksternal, ada juga faktor internal yang menyebabkan rupiah melemah. \"Kebutuhan dolar sedang meninggi di dalam negeri karena banyak yang lebih memilih dolar AS. Untuk kebutuhan proyek atau bayar utang luar negeri,\" katanya. Satu-satunya yang bisa dilakukan saat ini adalah mengurangi pengunaan dolar dan meningkatkan ekspor. \"Pemerintah perlu membantui dan memberikan insentif pada sektor-sektor yang mendorong ekspor. Beri permodalan kalau perlu. Kita sebagai warga negara juga jangan beli barang impor. Pelaku usaha juga sudah banyak yang mengurangi pemakaian dolar dan bahan baku impor,\" sebutnya. (dee/ken/dim/wir/ gen)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: