Santri Babakan Ciwaringin Deklarasi NKRI Harga Mati

Santri Babakan Ciwaringin Deklarasi NKRI Harga Mati

CIWARINGIN - Tiga abad sudah Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin mewarnai perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Peringatan Hari Lahir (Harlah) dan Haul Ponpes Babakan Ciwaringin sendiri ditandai dengan acara deklarasi \"NKRI Harga Mati\" oleh ribuan santri dan alumni. Ini sebagai tanda peranan pondok pesantren menjadi benteng dalam melawan gerakan deradikalisme dan terorisme di Indonesia. Acara puncak kegiatan Harlah dan Haul 3 Abad Ponpes Babakan Ciwaringin sendiri sudah dimulai sejak Sabtu pagi (26/3), dengan menggelar kegiatan diskusi publik bertema \"Meneguhkan Pesantren sebagai Pengawal Keutuhan NKRI dan Benteng Deradikalisasi\" yang dihadiri Wakapolda Jabar Brigjen Pol M Taufik, Rektor IPDN Ermaya Suradinata, dan alumni Ponpes Babakan Ciwaringin Syakur Yasin. Sementara acara Haul diisi dengan pengajian akbar oleh Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj, jugah Menpora Imam Nahrowi, dan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertingal Marwan Jafar. Kepada Radar Cirebon, Humas Panitia Harlah dan Haul Tiga Abad Ponpes Babakan Ciwaringin Abdul Muis Saerozi menjelaskan, adanya diskusi publik ini sebenarnya muncul dari kegelisahan alumni dan pesantren dengan menguatnya deredikalisme di Indonesia. Sehingga lahirlah ide dan gagasan deklarasi NKRI Harga Mati. “Peranan pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan mental dalam mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” jelasnya. Sementara itu, Bupati Cirebon Drs H Sunjaya Purwadisastra MM MSi mengatakan, pesantren merupakan agen of culture di tengah masyarakat. Artinya, para santri harus mampu memberikan perubahan dan pemahaman kepada masyarakat. Sebab, keberadaan santri sangat berperan dalam memberdayakan masyarakat dan mengaktualisasikan semua ilmunya di kehidupan. “Kemapuan santri tidak hanya sebatas memahami agama semata. Tapi, para santri juga harus mampu berkreatifitas untuk menjawab tantangan di masa depan. Alasannya, persaingan ekonomi kedepan semakin berat. Artinya, santri harus bisa mandiri,” kata Sunjaya. Sunjaya berpesan, kepada seluruh santri harus bersungguh-sungguh mencari ilmu. Hal itu perlu ditekankan, agar para santri tidak bisa dipadang sebelah mata. Tapi, diperhitungkan. Disamping itu, tugas santri kedepan sangat berat terutama dalam menjaga keutuhan NKRI. Sebab, banyak kelompok orang atau oknum yang hendak menghancurkan indonesia dengan berbagai cara. “Oleh karena itu, momentum haul tiga abad ini jangan sampai kita sia-siakan. Manfaat untuk sharing atau tukar pikiran dengan para alumni, agar kita bisa menjaga keutuhan NKRI, dan menjadi tameng kelompok radikalisme,” pungkasnya Pantauan Radar Cirebon, dalam kegiatan harlah tiga abad tersebut, juga dibeberkan mengenai sejarah berdirinya salah satu ponpes yang tertua di Cirebon ini. Ponpes Babakan Ciwaringin sendiri berdiri sejak tahun 1715 oleh Syekh Hasanudin atau dikenal dengan nama Ki Jatira. Sejak berdiri, Ponpes Babakan Ciwaringin sudah menjadi pelopor dalam memerangi kolonialisme Belanda. Tercatat Ponpes Babakan Ciwaringin ini juga terlibat dalam perang kedondong, sebagai salah satu perang terlama di tanah jawa. (jml/sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: