Data Dinkes Soal DBD Kurang Update

Data Dinkes Soal DBD Kurang Update

KESAMBI - Yasmin (2,5) warga RT 06 RW 05 Kejawanan Korban Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dirawat di RS Pelabuhan ternyata sampai kemarin belum terdata di dinas kesehatan. Pasalnya, menurut catatan dinas kesehatan, korban DBD di wilayah Kejawanan hanya tiga orang. Rupanya, data yang dimiliki dinkes kurang update. Data tiga orang korban DBD tersebut merupakan laporan beberapa bulan lalu, bukan yang terbaru. Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK), Trimulyaningsih SKM MKM mengakui belum menerima laporan korban DBD atas nama Yasmin warga RT 06 RW 05 Kejawanan. Kemudian, dari puskesmas setempat juga belum laporan serupa. “Kalau yang itu kami malah belum mendapatkan infonya. Data yang kami terima hanya tiga orang korban, itu pun kejadiannya beberapa bulan yanglalu,“ kata Trimulyaningsih, kepada Radar, Jumat (15/7). Kendati demikian, Tri –sapaan akrab Trimulyaningsih- siap untuk menindaklanjuti merebaknya DBD di kawasan pesisir, khususnya RW Kejawanan. Dengan fakta yang ada dan terus bertambahnya korban, Tri sudah menyiapkan jadwal untuk dilakukan pengasapan (fogging). “Intinya kami dari dinkes akan menindaklanjuti laporan ini,” tuturnya. Soal kurang update-nya data DBD, Tri menangkap indikasi kurangnya kesadaran memperbaharui data. Sebab, seharusnya setiap warga yang terindikasi DBD harus mengisi form Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS). Form ini kemudian dilaporkan ke puskemas, karena iu menjadi acuan untuk menindaklanjuti laporan dari warga. “Protapnya memang begit,” ucapnya. Kemudian, kata Tri, bila ditemukan satu atau lebih penderita DBD lainnya dan atau lebih dari tiga orang tersangka DBD biasanya ditindaklanjuti dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD, larvaridasi, penyuluhan dan pengasapan. “Yang penting itu sebenarnya bukan fogging, tapi PSN. Dengan PSN yang terbunuh bukan cuma nyamuk dewasa, sampai larva-nya juga mati,” jelasnya. Untuk agenda fogging, dinkes sudah merencakannya pada Selasa (19/7) mendatang. Sehari sebelumnya akan dilakukan penyuluhan. Sebab, kerap kali warga salah tangkap. Ketika ada fogging kerap kali warga menutup pintu rumah dan jendela, padahal seharusnya dibuka. Bila saat fogging dilakukan warga menutup pintu dan jendela, justru hasilnya tidak maksimal. “Kalau mau efektif, biarkan rumahnya kena semprot juga. Kalau nutup pintu ya kurang ngefek,” tandasnya. Selain di Kejawanan, Tri mengungkapkan, waspada DBD juga harus dilakukan daerah lainnya. Hingga semester I tahun 2016  tercatat ada 180 kasus dan tidak ada kematian. Angka ini lebih sedikit bila dibandingkan kota dan kabupaten lain di Jawa Barat. Kasus DBD tertinggi ada di Kelurahan Karya Mulya, Kelurahan Kalijaga dan Jalan Kembang Kecamatan Kelurahan Kejaksan. (abd)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: