Ada Mata-mata Abu Sayyaf di Indonesia

Ada Mata-mata Abu Sayyaf di Indonesia

JAKARTA- Indikasi adanya mata-mata kelompok militan Abu Sayyaf di Indonesia yang disampaikan TNI harus segera dituntaskan polisi. Jika tidak, ancaman keamanan dan keselamatan warga negara Indonesia akan terus terjadi. Termasuk penyanderaan. Kapolri Jenderal Tito Karnavian membenarkan bahwa memang ada informasi dari TNI terkait mata-mata tersebut. Pihaknya akan mengkoordinasikan dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. “Harus kerjasama ini,” ucapnya (24/9). ”Keberadaan mata-mata kelompok yang mencari keuntungan dari warga Indonesia dengan menyandera tentu tidak boleh. Kalau ada kami proses,” tegasnya. Sebenarnya, adanya mata-maya kelompok Abu Sayyaf pernah terjadi pada 2011-2012. Seorang mata-mata ditangkap di Manado dan menggunakan paspor palsu Indonesia.  “Di pengadilan dipastikan dia orang Abu Sayyaf. Kalau tidak salah, untuk kasus yang ini sudah sampai putusan pengadilan dan bersalah,” ujar mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) tersebut. Di Indonesia, mata-mata yang telah tertangkap ini langsung berkomunikasi dengan Abu Sayyaf. Bahkan, dia juga mengirimkan uang pada kelompok tersebut. ”Dia ini orang dari Filipina Selatan,” jelasnya. Apakah kali ini juga orang dari Filipina Selatan, Tito mengaku perlu untuk mendalami terlebih dahulu. Yang pasti, ada kemungkinan mata-mata ini ingin mengetahui pergerakan pemerintah Indonesia. ”Kita lihat nanti ya,” ujarnya. Sementara itu, Pengamat Terorisme Al Chaidar menjelaskan bahwa jaringan kelompok Abu Sayyaf ini menyebar se-Asia Tenggara. Karena itu, menjadi sangat mungkin kelompok yang kerap menyandera warga negara Indonesia ini memiliki mata-mata. “Apalagi, sudah jamak diketahui, kelompok Santoso cs juga terhubung dengan kelompok Abu Sayyaf. Bisa jadi, mata-mata ini berasal dari jaringan teror yang ada di Indonesia,” paparnya. Menurutnya, tentu saja mata-mata itu harus segera ditangkap. Hal tersebut agar tidak semakin merugikan Indonesia. ”Kalau tidak ditangkap tentu mengancam WNI terus,” terangnya. Di sisi lain, kerjasama dengan pemerintah Filipina bisa jadi dikembangkan, bukan hanya membebaskan WNI. Namun, untuk memberantas kelompok Abu Sayyaf. Pasalnya, kelompok ini sudah menjadi ancaman internasional. ”Kelompok bukan seperti Santoso yang hanya mengancam satu negara, tapi semua,” jelasnya. (idr/ang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: