Awasi Illegal Fishing, Stok Ikan di Laut Indonesia Naik Tajam

Awasi Illegal Fishing, Stok Ikan di Laut Indonesia Naik Tajam

JAKARTA–Pemberantasan illegal fishing terus menunjukkan dampak positif. Salah satunya, meningkatnya biomassa laut Indonesia. Peningkatan kesuburan kehidupan di laut itu berdampak pada pertumbuhan berbagai spesies ikan di kawasan perairan Nusantara. ”Stok ikan di perairan Indonesia naik tajam,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di Jakarta, kemarin. Berdasar data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), stok ikan lestari di laut Indonesia saat ini sebanyak 9,9 juta ton. Jumlah tersebut melonjak 2,4 juta ton bila dibanding 2011, yakni 6,5 juta ton. Peningkatan tersebut merupakan hasil kajian Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan (KNPSDI) di 11 wilayah pengelolaan perikanan RI (WPP RI). Menurut Susi, tingkat kesuburan laut di perairan Indonesia itu bisa dilihat melalui tekonologi citra satelit. Pengawasannya juga bisa dipantau secara online lewat Global Fishing Watch yang diluncurkan di sela penyelenggaraan forum Our Ocean Conference (OOC) di Washington DC, Amerika Serikat, baru-baru ini. ”Dengan citra satelit, kita bisa tahu tingkat kesuburan di perairan mana saja di dunia,” ungkapnya. Meningkatnya stok ikan tersebut secara otomatis mengurangi ketergantungan impor ikan Indonesia. Susi menjelaskan, impor ikan memang sulit dihentikan. Sebab, saat ini hasil tangkapan di perairan Indonesia belum mencukupi kebutuhan ikan spesifik. Namun, impor ikan dapat terus ditekan selama komitmen pemberantasan illegal fishing terus dilakukan. Nah, guna memperketat pengawasan penangkapan ikan ilegal, pemerintah akan bekerja sama dengan AS dan Australia untuk patroli bersama di perairan Indonesia. Kerja sama itu merupakan hasil kunjungan Susi ke AS dua pekan lalu. ”Pada saat kapal-kapal Amerika atau Australia lewat di wilayah kita (perairan Indonesia, red), kita adakan join patroli,” ujarnya. Pemilik maskapai Susi Air itu menyebutkan, patroli bersama memberikan keuntungan bagi Indonesia. Kata dia, kedua negara memiliki peralatan lebih canggih untuk memaksimalkan monitoring. Pihak Indonesia nanti tinggal menyiapkan tim satuan tugas (satgas) dan angkatan laut untuk join patrol. ”Ini agar lebih irit,” bebernya. (tyo/oki)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: