Yang Mau ke Gunung Bromo, Hati-hati Ada Potensi Erupsi

Yang Mau ke Gunung Bromo, Hati-hati Ada Potensi Erupsi

JAKARTA – Aktivitas vulkanik Gunung  Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, rupanya meningkat kemarin. Hal tersebut menyebabkan otoritas akhirnya menaikkan status gunung tersebut dari waspada menjadi siaga. Pemerintah pun mengaku harus melakukan pengawasan selama satu minggu terkait potensi letusan lahar. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, keputusan tersebut dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi terhitung sejak pukul 06.00 WIB kemarin (26/). Dengan naiknya status Gunung Bromo menjadi Level III (Siaga), maka aktivitas di radius 2,5 kilometer dari kawah aktif dilarang. “Artinya, wisatawan belum boleh mengunjungi objek wisata puncak kawah Bromo dan Lautan Pasir,” ungkapnya dalam rilis resmi Selasa (27/9). Namun, hal tersebut tak berakibat terhadap upaya pengungsian. Sebab, memang tidak ada permukiman dalam radius tersebut.  Dia pun meminta wisatawan dan masyarakat lokal untuk tetap bersikap tenang. ’’Jangan sampai terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Bromo. Namun, memang tetap harus menjaga kewaspadaan terhadap kejadian erupsi yang menerus dan lebih besar,’’ ungkapnya. Hingga saat ini, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan PVMBG, BPBD Provinsi Jawa Timur, dan BPBD Probolinggo, Malang dan Pasuruan tentang aktivitas Bromo. Hal tersebut juga diakui oleh Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG Gede Suantika. Menurutnya, keputusan untuk menaikkan status Gunung Bromo adalah aktivitas gempa yang terjadi dalam dua hari terakhir. Sejak 24 September, Gempa Vulkanik Dangkal (VB) sudah mencapai 63 kejadian. Dia menjelaskan, selama periode 1 – 25 September 2016, pihaknya merekam ada berbagai macam gempa. Mulai gempa tremor menerus yang amplituda maksimum berfluktuatif berkisar 0,5 – 23 mm (dominan 1 – 3 mm), gempa hembusan, gempa vulkanik dangkal (VB), hingga gempa vulkanik dalam (VA). Hal tersebut disertai suara gemuruh yang terdengar kawah bromo disertai asap. “Namun, asap tersebut adalah asap uap air yang dan tidak mengganggu aktivitas masyarakat atau penerbangan,” ungkapnya. Puncaknya terjadi pada Minggu (25/9) dimana tremor vulkanik menunjukkan amplituda dominan 4 mm. Disertai dengan pembengkakan badan gunung. Karena itu, pihaknya melihat adanya potensi erupsi magmatik hingga radius 2,5 km. “Kami masih harus memantau intensif selama satu minggu untuk melihat apakah potensi erupsi menigkat,” jelasnya. (bil)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: