Mengenal Sejarah Mbah Kuwu Sangkan

Mengenal Sejarah Mbah Kuwu Sangkan

KHAZANAH sejarah Cirebon memang menarik untuk diperbincangkan. Sejarawan, R Subagja menyebut, peranan Cirebon sudah diakui sejak dulu. Banten sudah menganggap Cirebon sebagai saudara. Sementara Mataram yang kini Keraton Jogja, juga menyebut Cirebon sebagai guru. Tak heran juga, jejak penyebaran dan tokoh-tokohnya kini menjadi tujuan destinasi wisata sejarah. Dulu, Cirebon sudah dikenal menjadi salah satu daerah sentral penyebaran Islam di Jawa Barat. Masyarakat mungkin mengenal Syarif Hidyatullah atau Sunan Gunung Jati sebagai tokoh utama penyebar Islam di Jawa Barat, salah satunya di Cirebon. Tetapi, jika ditelusuri lebih jauh, tokoh Babad Alas Islam di Cirebon atau orang yang pertama kali membangun pondasi keislaman adalah Mbah Kuwu Sangkan yang lahir sekitar 1423 Masehi. Peneliti Pusat Kajian Cirebon (Cirebonesse) IAIN Syekh Nurjati, Mahrus El-Mawa mengatakan, Mbah Kuwu merupakan paman dari Syarif Hidayatullah. “Masyarakat mengenal Mbah Kuwu sebagai uwa-nya Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati,” ujar Mahrus. Dalam berbagai literasi, menurut Mahrus, Mbah Kuwu mempunyai lima nama, yaitu Pangeran Cakrabuana, Walangsungsang, Haji Abdullah Iman, Syekh Somadullah, dan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang itu sendiri. Mbah Kuwu Sangkan tiga bersaudara, yakni Mbah Kuwu Sangkan, Raden Kiansantang, beserta Nyai Rarasantang dari pasangan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang. Sebagai Putra Mahkota, Mbah Kuwu mewarisi sifat kepemimpinan ayahandanya, Prabu Siliwangi. Hal ini terbukti dari pencapaiannya yang berhasil menduduki takhta Cirebon di bawah Kerajaan Pasundan yang saat itu dipimpin Raja Galuh. Dan Mbah Kuwu merupakan raja pertamanya. Selain Panglima Ulung, Mbah Kuwu Sangkan adalah pelopor Kebudayaan Pasundan Islami. Dalam masa empat abad lamanya, yaitu menaklukkan Pajajaran dan keraton ayahandanya. Karena itu, dia diberi gelar kehormatan; Pangeran Cakrabuwana. Pangeran Cakrabuwana mulai memerintah Cirebon pada 1 Syuro tahun 1445 Masehi. Waktu itu dia belum mencapai usia 22 tahun. Memang masih terlalu muda, tetapi dia mampu memegang kendali pemerintahan selama 38 tahun sejak tahun 1445 Masehi hingga tahun 1479 Masehi. Mbah Kuwu juga memiliki kriteria kepeloporan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban yang sangat tinggi. Dia senantiasa menaruh perhatian besar terhadap berbagai macam Ilmu Pengetahuan, Sastra dan Seni Budaya, melestarikan dan mengembangkannya. Ayahnya, Prabu Siliwangi telah mencurahkan perhatian dan mendidiknya dengan ilmu kemiliteran, politik dan kesaktian sejak kecil. Demi mencerdaskan anaknya, dia diserahkan kepada ulama-ulama besar pada zamannya yang menguasai bidang kajian Ilmu Agama Islam, Sastra, Falak dan Kesaktian. Mereka adalah Syekh Qurotullain, Syekh Nurjati, Syekh Bayanillah, Ki Gde Danuwarsi, Ki Gde Naga Kumbang, dan Ki Gde Bango Cangak. Dakwah Islam mulai menyebar luas di daerah Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Sumedang, Purwakarta, Karawang, Priangan, Bogor yang kemudian mengalir ke Banten. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: