Guru Honorer Kemenag Belasan Bulan Tanpa Honor  Sertifikasi dan Inpassing

Guru Honorer Kemenag Belasan Bulan Tanpa Honor  Sertifikasi dan Inpassing

CIREBON - Guru honorer di bawah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cirebon menagih honor sertifikasi dan inpassing yang sudah belasan bulan tidak diberikan. Pasalnya, dua pendapatan itulah yang menjadi pengharapan untuk kelangsungan hidup para honorer. Salah satu guru tsanawiyah Kabupaten Cirebon, Ahmad Fauzi mengatakan, dirinya beserta guru honorer lainnya, menagih honor sertifikasi dan inpassing yang belum dibayarkan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cirebon. “Ya info yang kita dapat, sebenarnya sudah turun dari pusat tapi kok kita belum terima honornya,” ujarnya kepada Radar, Minggu (9/7). Fauzi mengaku, dirinya tidak menerima inpassing selama 18 bulan sejak tahun 2015 hingga saat ini. “Tahun 2015 tiga bulan belum dibayar, tahun 2016 full belum dibayar juga. Tahun 2017, dari awal sampai sekarang belum dibayar. Totalnya jadi 18 bulan honor inpassing saya belum dibayar,” bebernya kesal. Hal yang sama juga dengan honor sertifikasi. Fauzi mengungkapkan tahun 2016, dia belum menerima tiga bulan, sedangkan 2017 itu dari awal sampai sekarang sama sekali belum cair. Fauzi sangat kecewa dengan Kementerian Agama yang terkesan santai, meskipun banyak guru honorer yang belum menerima honor sertifikasi hingga belasan bulan. “Kalau kecewa saya sudah pasti sangat kecewa. Karena tuntutan pekerjaan sangat banyak. Kita dituntut untuk meningkatkan kinerja, bekerja harus full. Namun kenyataannya, keringat kita dibalas dengan honor yang terlambat hingga belasan bulan,” ungkapnya. Dampak dari belum dibayarkannya honor sertifikasi dan inpassing, sangatlah besar bagi para guru honorer. “Honor sertifikasi dan inpassing ini andalan kami untuk biaya hidup sehari-hari. Sehingga jelas, biaya kehidupan sehari-hari sangat terganggu. Bahkan ada salah seorang guru honorer yang ribut dengan istrinya karena keuangan keluarga untuk kebutuhan sehari-hari,” tuturnya dengan mimik memerah. Karena belum dibayarkannya honor, Fauzi dan honorer lainnya, banyak yang terjebak dalam utang, sekadar untuk membiayai hidup sehari-hari. Sebelum dirinya mendapat honor, tentu mengandalkan istrinya yang berdagang pakaian. “Saya ini istri punya usaha. Itu saja kerepotan, karena modal dipinjam untuk kebutuhan sehari-hari. Ya, terpaksa tambal sulam pinjam ke bank. Terus bagaimana kalau yang honorer itu, pasangannya tidak bekerja sama sekali? Pasti tambah runyam,” ucapnya. Tidak hanya Fauzi, salah seorang guru tsanawiyah lainnya, Nanang Rifai juga mengalami hal sama. Nanang mengungkapkan, selama 19 bulan belum mendapat honor sertifikasi. “Dari tahun 2015, 2016 dan 2017. Total seluruhnya sekitar 19 bulan honor saya belum dibayarkan,” imbuhnya. Nanang meminta Kementerian Agama segera membayarkan honor sertifikasi dirinya beserta guru honorer lainnya. “Tahu sendiri honor sertifikasi itukan yang paling utama untuk biaya kehidupan. Kalau nggak sertifikasi ya biaya kehidupan sehari-hari sangat terganggu,” ungkapnya singkat. (den)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: