Belajar Sejarah Masa Lalu, Keraton Kanoman Masih Terjaga sampai Sekarang

Belajar Sejarah Masa Lalu, Keraton Kanoman Masih Terjaga sampai Sekarang

WISATA tidak hanya mengunjungi tempat yang indah. Tempat bersejarah juga bisa menambah koleksi spot traveling bagi yang hobi jalan-jalan. Salah satu lokasi bersejarah adalah Keraton Kanoman di Jl Winaon, Kampung Kanoman, Kelurahan/Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon. Atau tepatnya di belakang Pasar Kanoman. Satu-satunya akses menunju keraton adalah lewat pasar terlebih dahulu. Baru kemudian pengunjung bisa melihat area keraton yang luas. Totalnya sekitar enam hektare.  Bagian depan terdapat bangunan Cungkup Alu, Cungkup Lesung, Pancaratna, dan Pancaniti. Bangunan yang cukup dominan di area depan adalah Lemah Duwur (Tanah Tinggi)  yang dikelilingi pagar tembok. Di halaman Lemah Duwur ada dua bangunan, yaitu Balai Manguntur dan Panggung. Ciri khas Balai Manguntur adalah dindingnya warna putih dengan banyak tempelan aksesoris asli Tiongkok. Di dekat Balai Manguntur terdapat panggung yang difungsikan sebagai tempat pertunjukan raja. Setelah halaman Lemah Duwur, terdapat halaman dengan denah huruf L. Ada dua bangunan di halaman tersebut, yakni Bale Paseban dan Gerbang Seblawong di sisi utara. Dua halaman lainnya, ada yang dibatasi oleh pagar setinggi 1,5 meter. Di sana ada beberapa bangunan, yaitu Tempat Lonceng (Gajah mungkur), Bale Semirang menghadap timur, Langgar Kanoman atau tempat salat, dan Paseban Singabrata atau tempat jaga perwira keraton. Selain itu ada Jinem, bagian ruang sultan ke utara berukuran 12x8 meter persegi dengan lantai keramik, serta Kaputren yang dulunya tempat tinggal putra dan putri sultan. Bangunan Keraton Kanoman masih kokoh dan terawat dengan baik. Tampak luar saja, pengunjung bisa melihat kemegahannya. Berjalan-jalan di Kompleks Keraton Kanoman seakan membawa pengunjung untuk membayangkan sistem kerajaan zaman dahulu. Juru Bicara Kesultanan Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina mengungkapkan, ada banyak hal yang bisa didapat ketika berwisata di keraton. Seperti menikmati suasana masa lampau, mempelajari sejarah, dan melihat langsung desain arsitekturnya. \"Ketika masuk area keraton, otomatis akan terbawa seperti di masa lampau. Arsistekturnya masih asli bangunan zaman dahulu,\" ujar Ratu Arimbi. Keraton Kanoman muncul pada 1678 atau setelah Panembahan Ratu II alias Pangeran Mas Abdul Karim wafat pada 1677. Keraton Kanoman terbentuk atas kesepakatan Sultan Banten Pangeran Ageng Tirtayasa yang memekarkan Keraton Kasepuhan dengan PR Samsudin Martawijaya sebagai Sultan Sepuh I dan Muhammad Baridin Kartawijaya sebagai Sultan Anom I. \"Yang datang justru lebih banyak peneliti di sini. Akan tetapi perlu juga mengenalkan sejarah pada anak-anak sejak dini,\" katanya. Jalan-jalan ke keraton Kanoman bukan cuma untuk yang menyukai sejarah.  Soalnya, berbagai spot di Keraton Kanoman, instagramable banget. Bisa untuk sekadar foto Outfit of The Day (OOTD) dengan latar belakang bangunan kece atau foto-foto ala traveler. Nah, sambil foto-foto, juga bisa mengenal keraton yang menjadi bagian penting dalam sejarah peradaban Islam di Cirebon. Untuk menikmati area Keraton Kanoman, pengunjung tidak perlu membayar. Akan tetapi jika membutuhkan jasa pemandu, pengunjung dapat membayar sesuai kesepakan dengan pemandu tersebut. Agar lebih mengenal sejarah dan area-area Keraton Kanoman, baiknya minta pemandu untuk menemani berkeliling. Benda Pusaka Tersimpan Rapi Keraton Kanoman memiliki sejumlah pusaka peninggalan sejarah. Beberapa di antaranya disimpan rapi di museum keraton. Koleksi andalan museum tersebut adalah Kereta Paksi Naga Liman dan Kereta Jempana. Kedua kereta tersebut masih terawat baik. Kereta Paksi Naga Liman merupakan kereta yang digunakan oleh Sultan Kanoman. Dibuat tahun 1350 Saka Jawa atau 1428 Masehi. Karena usia yang sudah tua, Kereta Paksi Naga Liman sudah tidak difungsikan lagi dan dibuat replikanya pada 1997. Bentuk keretanya seperti buroq, yakni hewan yang dikendarai Nabi Muhammad SAW ketika Israk Mikraj. Sedangkan Kereta Jempana dibuat untuk permaisuri pada tahun 1350 Saka Jawa atau tahun 1428 Masehi atas prakarsa Pangeran Losari. \"Ada banyak peninggalan koleksi dari zaman kesultanan. Ada yang dari perunggu, besi, dan kayu. Ada juga dari emas dan berlian yang tidak disimpan di museum,\" ujar juru bicara Kesultanan Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina. Keraton Kanoman juga memiliki koleksi Gamelan Sekati yang merupakan warisan Sunan Gunung Jati. Gamelan tersebut hanya dibunyikan setahun sekali, menjelang maulid Nabi Muhammad SAW. Uniknya, sebelum dimainkan, Gamelan Sekati terlebih dahulu dicuci dengan ritual khusus. Saat ini, usia gamelan tersebut sudah lebih dari 400 tahun. \"Kalau mau menikmati ritual tradisi, tanggalnya tidak tentu karena menggunaakn tanggalan khusus Cirebon. Setiap bulannya ada, hanya libur selama tiga bulan setelah Maulid Nabi,\" jelas Ratu Arimbi. Koleksi museum lainnya, ada senjata seperti keris, tombak, meriam, serta tameng yang terbuat dari besi.  Ada pula furnitur pada era kerajaan keraton. Biaya masuk museum Rp10 ribu, pengunjung akan diminta mengisi buku tamu. Setiap harinya Keraton Kanoman buka untuk umum pada pukul 09.00-16.00. (swn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: