Peradaban Megalitik Gunung Ciremai Diteliti

Peradaban Megalitik  Gunung Ciremai Diteliti

KUNINGAN - Gunung Ciremai menjadi sorotan Pusat Arkeologi Nasional sebagai lokasi peradaban megalitik. Kamis (29/11), mereka terjun ke beberapa titik lokasi di Kecamatan Kuningan dan Kecamatan Darma. Adapun penggalian lubang uji dilakukan di situs Taman Purbakala Cipari, Kelurahan Cigugur. Penelitian di bawah tanggungjawab Drs Jatmiko Mhum dengan koordinator pengendali lapangan Dr Bagyo Prasetyo Mhum dari Pusat Arkeologi Nasional itu, menerjunkan lebih dari 20 anggota tim. Mereka berasal dari berbagai disiplin akademis. Mulai arkeologi, arsitek, geolog, seni, teknisi dan masyarakat setempat. Beberapa institusi pun terlibat. Di antaranya Balai Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Serang, Balai Pelestarian Nilai Tradisional Bandung, Kelompok Riset Cekungan Bandungan dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuningan. Penelitian berlangsung selama 13 hari, sejak 17 November hingga 29 November 2012. Hasilnya, ditemukan berbagai bentuk megalitik. Seperti peti batu, lumpang, arca megalitik, menhir, dolmen dan bentuk-bentuk punden dengan ciri-ciri khas lokal. Beberapa cerita rakyat terkait keberadaan situs juga berhasil didata. Yang lebih menarik dari hasil penggalian uji lubang, ialah ditemukannya pagar kuno pembatas Situs Cipari. “Peradaban megalitik ini karya anak bangsa masa lampau. Ciri-cirinya ada pendirian benda, atau bangunan dari batu-batu. Umumnya batu-batu besar. Benda-benda itu seringkali dikaitkan dengan sistem kepercayaan, terutama pemujaan terhadap arwah nenek moyang maupun penguburan,” terang Koordinator Pengendali Lapangan, DR H Bagyo Prasetyo Mhum, kepada Radar. Menurut dia, kepulauan Nusantara dengan rata-rata ada gunung berapi, baik yang masih aktif maupun non aktif merupakan kawasan ideal dalam pemilihan lokasi penempatan bangunan megalitik tersebut. Baik di kaki maupun bagian lereng. “Seperti Kabupaten Kuningan, kan berada di kaki Gunung Ciremai. Jadi sangat potensial menyimpan keberadaan peradaban megalitik,” kata DR Bagyo. Dari penelitian maupun informasi sebelumnya, kawasan kaki Gunung Ciremai ini memang banyak tersebar tinggalan-tinggalan megalitik. Namun hasil maupun luas kawasan sebaran keletakannya diindikasikan belum semua megalitik teramati. Maka, inti penelitian kali ini menyangkut seperti apakah bentuk-bentuk megalitik bagian dari peradaban yang pernah muncul. Kemudian sejauh mana persebaran bentuk-bentuknya, serta dominasinya di kawasan Gunung Ciremai dengan pemilihan lingkungan. “Tidak kalah penting juga, kapan peradaban tersebut pernah berjaya dan hidup berkembang di kalangan masyarakat pendukung,” tukas dia Tinggalan-tinggalan tersebut, selanjutnya diamati melalui dimensi formal meliputi jenis da bentuk. Dimensi spasial meliputi keletakan benda megalitik dalam suatu bentang kawasan Gunung Ciremai. Juga pertanggalan terhadap rentang kehidupan para pendukungnya. Beberapa sasaran lain juga dicarinya melalui studi kepustakaan maupun pengumpulan data di lapangan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data tinggalan megalitik yang pernah ditemukan peneliti sebelumnya. Adapun studi lapangan, mencakup kegiatan survei permukaan tanah, wawancara ke beberapa narasumber yang bisa memberikan informasi tentang berbagai cerita tradisi lokal. “Selain itu, ekskavasi berupa penggalian lubang uji. Ini sebagai upaya mencari konteks budaya maupun jejak-jejak yang bisa dijadikan sebagai data pertanggalan situs,” jelasnya. (tat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: