Ganti Tahun, Harga Beras di Indramayu Mulai Naik

Ganti Tahun, Harga Beras di Indramayu Mulai Naik

INDRAMAYU–Menjelang pergantian tahun, harga beras diprediksi mengalami kenaikan tajam. Mahalnya beras dipicu naiknya harga gabah seiring menipisnya stok yang dimiliki oleh petani. Salah seorang pedagang beras, Tadi mengungkapkan, kenaikan beras sejatinya sudah mulai terjadi sejak memasuki musim paceklik, sekitar dua bulan lalu. Saat ini, harganya pun mulai merangkak naik meski tidak terlalu tinggi, yakni berkisar Rp500 per kilogram. Harga beras tumbuk (kualitas rendah) misalnya, dari Rp8.000 menjadi Rp8.500 per kilogram. Kualitas sedang dari Rp9.000 menjadi Rp9.500 dan kualitas bagus dari Rp10.500 menjadi Rp11.000. “Sekarang naiknya masih sedikit, tapi tak lama lagi bakal melonjak. Kemungkinan ganti tahun bakal tinggi,” kata dia. Dugaan itu bukan tanpa alasan. Tingginya harga beras terdongkrak oleh makin melambungnya harga gabah. Saat ini saja, gabah kering panen (basah) harganya di kisaran Rp640 ribu per kuintal. Sedangkan harga gabah kering giling mencapai Rp6.800 per kilogram. “Nah, beras yang dijual sekarang ini dari stok yang lama, naiknya masih wajar. Kita nggak ngambil untung banyak. Nggak tahu kalau giling gabah baru, pastinya harga ikutan tinggi mengikuti harga beli gabah,” ungkap dia. Pengusaha penggilingan padi, Kusnadi menuturkan, kondisi seperti ini menyebabkan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas beras yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan RI sulit diterapkan. Berdasarkan aturan yang sudah berlaku sejak 1 September 2017 itu, untuk wilayah Jawa, maksimal harga beras medium dipatok Rp9.450 per kilogram. Sedangkan beras premium Rp12.800 per kilogram. Harga tersebut ketika beras sampai ke tangan konsumen. “Tapi dari sisi bisnis, aturan itu bakal sulit diterapkan. Ketika bahan baku beras yakni gabah mengalami lonjakan harga seperti di saat musim paceklik sekarang ini,” terangnya. Waryanto membenarkan, harga gabah kering giling di tingkat petani sudah menembus Rp6.800 per kilogram. Tingginya harga gabah, lantaran stok di tingkat petani sudah menipis seiring tuntasnya musim panen di wilayah Kabupaten Indramayu. Untuk memenuhi bahan baku gabah, dia dan rekan-rekan lainnya terapaksa membeli dari daerah lain seperti Pemalang dan Karawang yang harganya masih terjangkau. Tapi masalahnya, kualitas gabah dari luar daerah itu kurang bagus sehingga hanya bisa dijadikan beras kualitas medium. “Kualitas gabah yang paling bagus itu dari Indramayu. Makanya, wajar harganya tinggi. Nah, sekarang susah dapatnya, stok langka gara-gara banyak yang gagal panen akibat hama wereng sama klowor,” terang dia. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: