Banjir Cirebon: 50 Ribu Jiwa Terdampak Banjir, Kerugian Capai Rp 50 Miliar

Banjir Cirebon: 50 Ribu Jiwa Terdampak Banjir, Kerugian Capai Rp 50 Miliar

CIREBON - Banjir terus melanda wilayah Cirebon dan sekitarnya. Hingga Jumat (23/2), sedikitnya 9 kecamatan di wilayah timur Cirebon (WTC) terdampak cukup parah. Sebelum masuk puncaknya, banjir sebenarnya sudah menerjang wilayah itu sejak 9 Februari 2018. “Selama tinggal di Ciledug, ini banjir paling besar. Kalau Cisanggarung atau Cijangkelok meluap, air biasanya tidak sampai menenggelamkan Alun-alun Ciledug dan wilayah pertigaan Jatiseeng. Benar-benar, ini yang paling besar,” ujar Kuwu Ciledug Wetan, Kecamatan Ciledug, Sudin. Ya, banyak yang mengatakan tahun ini banjir terbesar dan terlama. Kerugian yang ditumbulkan pun tidak sedikit. Barang-barang yang rusak serta infrastruktur yang hancur selama 14 hari terakhir ini ditaksir puluhan miliar rupiah. Angka tersebut bisa bertambah, dihitung dengan kerugian petani akibat gagal panen karena lahan pertanian terendam banjir. Kasi Logistik dan Kedaruratan BPBD Kabupaten Cirebon Eman Sulaeman menyebutkan, dari hitungan kaji cepat timnya di lapangan, banjir besar yang melanda sejumlah kecamatan di WTC berdampak langsung pada sedikitnya 50 ribu jiwa warga Kabupaten Cirebon. “Cukup parah tahun ini,” ujarnya. Menurutnya, ada beberapa penyebab banjir. Selain cuaca ekstrem yang terjadi beberapa pekan terakhir, kondisi pendangkalan sungai dan tanggul yang kritis juga membuat banjir semakin parah. “Ada juga klep di Sungai Cisanggarung yang tak berfungsi. Harusnya klep menutup saat air melimpah. Cuma karena tidak berfungsi, maka jadi penyebab banjir,” ujar Eman. Dia juga menyebutkan, dari 9 kecamatan terdampak banjir, hanya sejumlah desa di 6 kecamatan yang terdampak serius. Yakni Kecamatan Waled, Ciledug, Pasaleman, Pabedilan, Losari, dan Gebang. “Kalau yang tiga kecamatan lainnya cuma ringan. Tidak seperti yang di enam kecamatan seperti Ciledug,” imbuhnya. Saat ini, sambung dia, total ada 18 desa yang terendam banjir kemarin malam yang bersumber dari luapan Sungai Cisanggarung. 18 desa tersebut berasal dari 6 kecamatan. “Ini beragam. Ada yang sudah berkali-kali, ada yang lebih dari tiga kali terkena banjir, mayoritas yang terdampak berada di wilayah aliran Cisanggarung,” tambahnya. Banjir sendiri menurut Eman membawa kerugian yang tidak sedikit bagi pemerintah dan masyarakat. Sejumlah infrastruktur milik pemerintah seperti jalan sarana umum rusak berat. Selain itu banyak lahan pertanian yang terendam. “Kalau diestimasikan mungkin kerugian sampai dengan Rp 50 miliar. Ini melihat dari potensi kerugian dari orang yang tidak bekerja dan infrasturuktur serta lain-lainnya. Tapi ini dari kaji cepat ya, bisa kurang bisa nambah,” jelasnya. Banjir yang cukup parah ini juga diiyakan aktivis Petakala Grage, Dedy Majmoe. “Ini banjir terparah. Sebelumnya tidak seperti ini. Banjir paling setahun sekali, banjir tahunan. Tapi memang di beberapa kecamatan bisa berkali-kali dalam setahun seperti Waled, tapi tidak sesering ini. Kali ini hampir merata di wilayah timur Cirebon. Merata dan berantai,” ujar Dedy kepada Radar, kemarin. Penyebab utama banjir, menurut Dedy, dikarenakan cuaca ekstrem yang terjadi beberapa hari terakhir dan kondisi sungai-sungai di Cirebon yang sudah kritis dan rusak. Sehingga sungai tidak tidak mampu menampung debit air. “Sedimentasi dan pendangkalan sungai terjadi di hampir seluruh sungai, baik yang ada di bawah BBWS CC atau di bawah kewenangan pemkab. Selain itu, sampah juga ikut menyumbang pendangkalan yang terjadi di sungai,” imbuhnya. Menurut Dedy, yang paling dibutuhkan adalah upaya serius dari pihak-pihak terkait untuk bersama-sama melakukan aksi nyata. Berkomitmen melakukan upaya pengurangan risiko bencana. Yakni menjaga dan merawat sungai agar bencana seperti ini tidak terjadi lagi. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: