Musim Kemarau, TNGC Bersiap Antisipasi Kebakaran Lahan Ciremai

Musim Kemarau, TNGC Bersiap Antisipasi Kebakaran Lahan Ciremai

KUNINGAN–Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Kabupaten Kuningan bersiap untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan kering di kawasan TNGC. Sebab akibat kemarau berkepanjangan, tumbuhan liar di beberapa titik kawasan taman nasional mulai mengering. “Kondisi di Ciremai beberapa bulan terakhir sudah bisa dikatakan mulai kering ya. Karena hujan sudah lama tidak turun,” ujar Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Kabupaten Kuningan Kuswandono. Dia menerangkan, akibat kemarau panjang ini menyebabkan tumbuhan di sejumlah titik kawasan TNGC mengering. Hal itu dapat berpotensi terjadinya kebakaran lahan di kawasan TNGC, khususnya lahan yang banyak ditumbuhi semak belukar. “Kita mencoba melakukan analisis data dari kejadian kebakaran sebelumnya, itu terjadi karena apa saja kan macam-macam. Kemudian terjadi kebakaran itu lokasinya di mana saja, kita identifikasi,” ungkapnya. Kajian itu dilakukan untuk mencari solusi tepat dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan di kawasan TNGC. Langkah ini sebagai upaya agar tidak terjadi lagi kebakaran hutan di kawasan TNGC. “Sebab terjadinya kebakaran itu lokasinya di titik itu-itu saja. Bisa jadi vegetasinya memang karena banyak semak belukar dan kering secara alami, atau bisa jadi lokasi sekitarnya memang daerah pertanian yang saat masyarakat membuka lahan itu dengan cara dibakar, misalnya tidak terkontrol dan dapat merambat ke kawasan taman nasional,” sebut dia. Namun, masih kata Kuswandono, jika melihat daerah dengan vegetasi alamnya yang masih hijau, tidak sampai terjadi kebakaran lahan di tahun sebelumnya. Sedangkan titik rawan kebakaran itu terdapat di bagian utara kawasan taman nasional yakni Kecamatan Pasawahan, Kecamatan Mandirancan, dan Kecamatan Cilimus. “Kita juga melakukan konsolidasi internal lalu melibatkan pula dengan level lokal seperti masyarakat, pemerintah daerah, dan TNI-Polri. Ini dilakukan sebagai antisipasi bersama, agar dapat mencegah terjadinya kebakaran di taman nasional,” jelas Kuswandono. Selain itu, pihaknya juga menurunkan Polisi Hutan (Polhut) untuk berpatroli memantau kondisi di lapangan. Bahkan dibantu pula oleh Masyarakat Mitra Polhut dan masyarakat peduli api. “Jadi, selain bergerak dengan tiga unsur tadi, kebetulan di taman nasional ini ada banyak wisata alam yang dikelola masyarakat pemegang jasa izin usaha wisata alam. Selain mengelola objek wisata alam, pemegang izin wisata ini juga berkewajiban untuk melindungi pengamanan hutan, salah satunya pencegahan kebakaran dan mereka berpatroli secara mandiri,” tutupnya. (ags)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: