Pasien Asal Kabupaten Cirebon Meninggal di RSD Gunung Jati, Hasil Swab Positif Corona

Pasien Asal Kabupaten Cirebon Meninggal di RSD Gunung Jati, Hasil Swab Positif Corona

CIREBON - Seorang warga Kabupaten Cirebon yang sudah meninggal dunia sejak 1 April lalu ternyata positif corona. Hasil swab test baru didapatkan Senin (20/4).

Pasien ini saat ditangani di RSD Gunung Jati tak diisolasi karena tak punya riwayat perjalanan ke daerah lain. Saat didiagnosa, pasien menderita kanker otak.

Kini setelah dinyatakan positif Covid-19, RSD Gunung Jati pun harus melakukan tracing atau penelusuran terhadap tim medis yang pernah menerima atau menangani pasien tersebut. Saat di RSD Gunung Jati, pasien dirawat di ruang High Care Unit (HCU).

Wakil Direktur Keuangan dan Umum RSD Gunung Jati dr Evi Wulansari mengatakan, karena hasil swab baru diketahui, pihaknya masih melakukan penelusuran terhadap tenaga kesehatan di RSDGJ.

Penelusuran belum menyeluruh. Hingga kemarin baru ada 1 petugas medis yang telah menjalani tes swab dan telah dikirim untuk diketahui hasilnya. Evi mengakui saat itu pasien tidak diisolasi karena memiliki riwayat penyakit kanker.

“Kalau dari awal curiga (terpapar, red) Covid-19 kan pasti langsung kita isolasi. Saat ini kita tracing dulu yang kontak dengan pasien tersebut, kemudian kita lakukan swab test. Sampai saat ini (kemarin, red) belum ada hasil tracing, karena kami juga baru tau hasilnya (hasil swab, red) tadi,” kata Evi kepada Radar, Selasa (21/4).

Jika telah ada hasil swab, imbuh Evi, tenaga kesehatan akan dilakukan penanganan sesuai protap yang ada. Di mana test swab baru dilakukan terhadap 1 tenaga kesehatan, karena Viral Transport Medium (VTM) atau media untuk membawa spesimen lendir dan tenggorokan yang telah diuji swab telah habis.

“Tracing ini belum selesai dan masih kita proses siapa saja (tenaga kesehatan yang pernah berinteraksi dengan pasien, red),” katanya.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Cirebon Nanang Ruhyana membenarkan kasus ini. Ia mengatakan, informasi yang ia terima pasien yang meninggal tersebut justru tak mempunyai riwayat perjalanan keluar kota.

“Tapi belum bisa kita simpulkan sudah terjadi transmisi lokal. Masih kita telusuri terus kontak eratnya. Tapi dari keterangan sementara, yang bersangkutan memang tidak ke mana-mana tapi hasil swabnya positif,” ujar Nanang, kemarin.

Pasien, menurut Nanang, berjenis kelamin perempuan dengan umur 56 tahun. Pasien berobat ke rumah sakit dengan diagnosa kanker otak pada 29 Maret 2020. Yang bersangkutan kemudian langsung masuk ruang HCU dan mendapatkan perawatan medis hingga akhirnya kondisinya terus memburuk dan meninggal pada 1 April 2020.

Sebelum meninggal, atau tepatnya pada tanggal 30 Maret 2020 sempat dilakukan swab test dan hasilnya baru keluar 20 April 2020. Dari hail swab test, pasien positif terpapar virus corona.

Pasien, sambung Nanang, saat masuk rumah sakit dengan diagnosa kanker otak dan tidak punya riwayat perjalanan dari wilayah episentrum virus corona. Sehingga saat itu tidak masuk daftar PDP atupun ODP.

“Penanganan sewaktu di rumah sakit tak diisolasi. Begitu pun saat dimakamkan, tidak menggunakan protokol kesehatan. Tracing dan tracking terus dilakukan. Tim sedang bertugas di lapangan untuk lakukan pemetaan. Hasilnya belum bisa saya sampaikan karena laporan tracing dan trackingnya belum masuk,” jelasnya kepada Radar. (ade/dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: