Arief Budiman, Kakak Kandung Aktivis Soe Hok Gie Meninggal, Begini Jejak Riwayatnya

Arief Budiman, Kakak Kandung Aktivis Soe Hok Gie Meninggal, Begini Jejak Riwayatnya

SEMARANG - Tokoh nasional Arief Budiman kakak dari altivis Soe Hok Gie meninggal dunia, Kamis (23/4) siang. Almarhum meninggal saat dirawat di Rumah Sakit Ken Saras, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Sosiolog bernama asli Soe Hok Djin itu meninggal setelah lama menderita penyakit stroke dan parkinson. Almarhum kini sudah dimakamkan di Taman Makam Bancaan, Salatiga, Jawa Tengah.

\"Iya benar, sekitar jam 11.40 WIB tadi. Karena sudah sepuh (tua) dan parkisnson yang sudah lama,\" kata Kuskrido Ambardi, menantu almarhum, dikutip dari Kompas.com.

Ia menyebutkan, Arief Budiman meninggal di usianya yang ke-79. Ia pun meminta kepada seluruh sahabat dan yang mengenal almarhum, untuk memaafkan semua kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat oleh Arief Budiman.

\"Allah Yang Maha Penyayang mengampuni semua dosa-dosanya dan menerima amal ibadahnya, semoga almarhum husnul khatimah. Aamiin,\" kata pria yang biasa disapa Dodi itu.

Jejak riwayat Arief Budiman, berdasarkan informasi yang dihimpun, merupakan aktivis angkatan 1966 bersama dengan adiknya, Soe Hok Gie ketika masih menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Arief dikenal konsisten menyuarakan hak-hak kaum marjinal.

Sejak menjadi mahasiswa, Arief sudah aktif dalam kancah politik Indonesia. Karena ia ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan pada tahun 1963 yang menentang aktivitas LEKRA yang dianggap memasung kreativitas kaum seniman.

Kendati ikut melahirkan Orde Baru, Arief bersikap sangat kritis terhadap politik pemerintahan di bawah Soeharto yang memberangus oposisi dan kemudian diperparah dengan praktik-praktik korupsinya. Pada pemilu 1973, Arief dan kawan-kawannya mencetuskan gerakan Golput atau Golongan Putih, sebagai tandingan Golkar yang dianggap membelokkan cita-cita awal Orde Baru untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis.

Arief Budiman pernah ditahan karena terlibat dalam demonstrasi menentang pendirian Taman Miniatur Indonesia Indah (1972). Ia menilai pembangunan TMII sarat praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Selain dikenal sebagai aktivis pejuang, Arief Budiman merupakan akademisi tulen. Arief Budiman sempat mengajar sebagai Guru Besar di Universitas Melbourne, Australia.

Sebelum menjadi Guru Besar di Universitas Melbourne, Arief pernah memperdalam ilmu di bidang pendidikan di College d\'Europe, Brugge, Belgia pada tahun 1964. Ia menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi di Universitas Indonesia pada tahun 1968.

Ia kuliah lagi di Paris pada tahun 1972, dan meraih Ph.D. dalam bidang sosiologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat pada tahun 1980. Kembali dari Harvard, Arief mengajar di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) di Salatiga sejak 1985 sampai 1995.

Ketika UKSW dilanda kemelut yang berkepanjangan karena pemilihan rektor yang dianggap tidak adil, Arief melakukan mogok mengajar, dipecat. Akhirnya Arief memilih hengkang ke Australia, serta menerima tawaran menjadi profesor di Universitas Melbourne.

Arief juga banyak terlibat dalam bidang budaya di Indonesia. Salah satunya, ia pernah menjadi redaktur majalah Horison (1966-1972). Sekaligus menjadi anggota Dewan Penasehat majalah ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: