Perkembangan bisnis ini, tidak lepas ditunjang oleh kebutuhan penumpang dari Kuningan atau Jakarta yang kebanyakan adalah pekerja, hingga pedagang.
Nama Luragung Jaya sebenarnya baru digunakan di awal tahun 1990-an. Penggunaan nama ini, bukan tanpa tujuan.
Yakni, seperti sebuah doa dan pengharapan yakni agar Luragung selalu Jaya dan berjaya. Sebab, luragung adalah tanah kelahiran dari Koesmapradja.
BACA JUGA:22 Video Koleksi Pelaku Pedofilia di Lahat Diketahui dari Laporan NGO Amerika, Sungguh Memalukan
Penggunaan nama Luragung juga sangat berkaitan dengan sejarah Kabupaten Kuningan yang dulunya adalah nama seorang tokoh yakni Ki Gedeng Luragung atau Jayaraksa.
Ki Gedeng Luragung memiliki putra bernama Suranggajaya atau Adipati Kuningan dan berkaitan erat dengan sejarah Kabupaten Kuningan di era Sunan Gunung Jati.
Di awal perkembangannya, Luragung Jaya memakai sasis Mitsubishi Fuso, kemudian berkembang menggunakan Hino RK untuk mesin belakang dan Hino AK untuk mesin depan.
Spesifikasi lainnya adalah body atau badan bus yang menggunakan karoseri seperti Adiputro, Tentrem, Gunung Mas, ada juga yang memakai Laksana.
BACA JUGA:Peringkat Mobil Daihatsu Paling Laris, Terjual Hampir 100 Ribu Unit di Tahun 2022
Buat masyarakat Kabupaten Kuningan, suara khas bus ini menghiasi kesehatiannya termasuk klakson yang dibunyikan.
Pasang surut tentu juga pernah dialami oleh bisnis transportasi, mengingat persaingan usaha juga kehadiran moda lainnya.
Ini juga pernah dialami oleh Luragung Jaya, meski berhasil untuk terus beradaptasi dan hingga kini masih eksis termasuk anak-anak usahanya.
Karenanya, Koesmapradja tidak hanya menjadi pemilik dari Bus Luragung Jaya Kuningan, ia sudah menjadi tokoh dan sosok legenda di dunia transportasi.
BACA JUGA:Putri Candrawathi Keukeuh Diperkosa, Reza Indragiri Heran Masih Bisa Lakukan Hal Ini ke Yosua
Pasalnya, Bus Luragung Jaya sudah puluhan tahun berkiprah melintasi jalanan Kabupaten Kuningan, Jalur Pantura, hingga DKI Jakarta dan sekitarnya.
Para sopir Luragung Jaya khususnya yang senior tentu mengalami kemacetan khas Jalur Pantura, jalanan Kabupaten Indramayu, Subang, hingga Cikampek.