Kembali ditekankan Ajam, apa yang biasa dilaksanakan di Al Zaytun memang tidak lazim dilaksanakan oleh masyarakat. Tetapi, bukan berarti hal tersebut menyimpang.
"Jadi hanya tidak lazim dengan yang biasa dilaksanakan di masyarakat," bebernya, dalam keterangan yang dipublikasikan LKM Rahmatan Lil Alamin.
Karena itu, Ajam mengimbau agar masyarakat juga mengkaji dan mempelajari literatur. Sehingga tidak melihat dari satu sudut pandang saja.
"Sebaiknya kita mengkaji, mencari literasi. Kita tidak hanya melihat dari segi ilmu saja. Apakah ini boleh dan tidak boleh," tandasnya.
BACA JUGA:KEREN! Bakal Hadir di Mahad Al Zaytun, Restoran Berputar di Ketinggian 201 Meter
Secara khusus mengenai Syekh Panji Gumilang, Ajam menilai, pendiri Mahad Al Zaytun adalah sosok yang terbuka. Bahkan mau diajak berdiskusi terkait dengan kontroversi yang berkembang di masyarakat.
"Secara pribadi syekh terbuka. Apa yang menjadi kontrioversi di masyarakat, kami diskusi," tandasnya.
Kembali ditekankan Ajam, bahwa yang terjadi dan biasa dilaksanakan di Al Zaytun sebatas hal yang tidak lazim.
"Sekali lagi saya katakan, sesuatu yang tidak lazim. Tapi setelah kami ngobrol diskusi panjang lebar, ternyata adzan dan solat itu sudah dilaksanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Hanya baru terekspos belakangan ini," bebernya.