Sesepuh Kampung Unik di Jawa Barat Ini Berkelana, Bertemu Pangeran Madrais Cigugur Kuningan, Begini Akhirnya

Selasa 20-06-2023,11:15 WIB
Reporter : Tatang Rusmanta
Editor : Tatang Rusmanta

CIREBON, RADARCIREBON.COM -- Kampung Adat Cireundeu, salah satu kampung unik di Jawa Barat. Letaknya tidak jauh dari Bandung tapi masih memegang teguh tradisi leluhur.

Islam berkembang dengan baik di Kampung Cireundeu. Tapi keberadaan masyarakat adat yang masih memegang teguh prinsip hidup lelhuru menjadi keunikan tersendiri.

Kampung Adat yang terletak ti Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat, ini pun sudah menjadi destinasi wisata yang menarik.

Banyak aktivitas menarik yang bisa dilakukan wisatawan di kampung ini. Termasuk pertunjukan seni Sunda yang ditampilkan, baik secara reguler atai di momen spesial.

Salah satu Keunikan Kampung Adat Cireundeu adalah kebiasaan warganya yang tidak mengonsumsi nasi dari beras padi. Tapi menjadikan rasi atau nasi yang berasal dari olahan singkong sebagai makanan pokok.

Nah, sejarah Kampung Cireundeu ini tidak terlepas dari perjalanan hidup dan laku spiritual sesepuhnya pada masa lalu.

Seperti dikutip dari laman cimahikota.go.id, dikisahkan bahwa Mamak Haji Ali, sesepuh Kampung Cireundeu yang hidup pada abag ke-18, pernah berkelana.

BACA JUGA:Diapit 3 Gunung, Kampung Unik di Jawa Barat yang Satu Ini Warganya Tidak Pernah Makan Nasi

BACA JUGA:TERUNGKAP Sekarang, Inilah Pemilik Al Zaytun, Bukan Syekh Panji Gumilang, Ada Sosok di Balik Itu, Oh Ternyata

Laku perjalanan Mamak Haji Ali didasari pada kesadaran diri untuk tidak terjajah. Untuk itu, dia melakukan pengelanaan ke sejumlah wilayah untuk mencari jawaban dari kegelisahan hatinya.

Maka, suatu ketika Mamak Haji Ali tiba di wilayah Cigugur, Kabupaten Kuningan. Kemudian bertemu dengan Pangeran Madrais, tokoh setempat.

Pangeran Madrais atau Sadewa Alibasa Koesoema Widjayaningrat adalah tokoh utama yang mencetuskan agama Sunda Djawa. Agama warisan leluhur yang kini lebih dikenal dengan Sunda Wiwitan.

Mamak Haji Ali, Sesepuh Cireundeu, merasa cocok dengan Pangeran Madrais. Pergaulannya dengan sesepuh dari Cigugur itu membuat hatinya lebih tenang.

Dia merasa telah menemukan jawaban atas kegelisahaan di hatinya. Mamak Haji Ali kemudian kembali ke Cireundeu. Mengembangkan masyarakat yang memegang teguh adat Sunda Wiwitan. 

Masyarakat adat ini masih memegang teguh adat dan budaya leluhur. Mereka kemudian membagi wilayah menjadi tiga.

Kategori :