Film ini mengurai kecurangan Pemilu dengan analisa hukum tata negara.
Dirty Vote juga mengkritisi penggunaan infrastruktur kekuasaan yang kuat, tanpa malu-malu dipertontonkan secara telanjang di depan publik demi mempertahankan status quo.
Di awal film Dirty Vote, Zainal Arifin Mochtar berpesan kepada penonton untuk menjadikan film ini sebagai landasan penghukuman.
BACA JUGA:121 Kecurangan Pilpres 2024 Versi Imparsial, Dilakukan Presiden hingga Kepala Desa
Film ini dikatakan Zainal sebagai monumen dan tagihan bahwa masyarakat Indonesia punya peranan besar melahirkan Joko Widodo.
Bivitri Susanti mengatakan, kesediaannya untuk membintangi Dirty Vote adalah agar banyak orang semakin memahami bahwa memang telah terjadi kecurangan yang luar biasa di Pemilu 2024.
Kecurangan ini menurut Bivitri jangan dibiarkan atas nama 'kelancaran Pemilu'.
Feri Amsari menyampaikan, Dirty Vote dianggap akan mampu mendidik publik mengenai kecurangan Pemilu, bagaimana politisi telah mempermainkan publik pemilih hanya untuk memenangkan kepentingan mereka.*