Siklon Bakung Punah, Tapi Indonesia Masih Dikepung Bibit Siklon Berbahaya, Berikut Penjelasan BMKG
Hujan lebat berpotensi akan mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia selama 7 hari kedepan.-Benfe-Pixabay
JAKARTA, RADARCIREBON.COM - Indonesia masih menghadapi dinamika cuaca yang cukup signifikan akibat pengaruh sejumlah sistem atmosfer.
Setelah siklon tropis Bakung dinyatakan punah, dua bibit siklon lainnya, yakni bibit siklon 93S dan bibit siklon 95S, masih terpantau aktif dan berpotensi memicu cuaca ekstrem di sejumlah wilayah.
Berdasarkan prospek cuaca tujuh hari ke depan yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan mengalami cuaca berawan hingga hujan ringan.
BACA JUGA:Konsumsi BBM Naik Saat Nataru, Ini Langkah Pertamina Amankan Pasokan di Cirebon Raya
BACA JUGA:Ramalan Shio Ular Tahun 2026: Rezeki Menguat, Karier Melonjak, Tapi Ada Ujian Emosi
Meski demikian, BMKG mengingatkan adanya potensi peningkatan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai angin kencang dan gelombang laut tinggi, sebagai dampak dari dinamika atmosfer yang sedang berlangsung.
BMKG menjelaskan, dari ketiga fenomena tersebut terdapat perbedaan kategori yang penting untuk dipahami.
Siklon tropis Bakung merupakan sistem badai tropis yang telah berkembang sempurna. Fenomena ini ditandai dengan pusaran angin kencang, tekanan udara rendah, serta potensi gelombang laut tinggi.
Saat berada dalam fase aktif, siklon Bakung tercatat memiliki kecepatan angin berputar hingga sekitar 63 kilometer per jam, sehingga berpotensi menimbulkan dampak serius, khususnya di wilayah laut dan pesisir.
Namun, melalui pembaruan yang disampaikan melalui akun Instagram resmi BMKG, Kamis 18 Desember 2025, siklon tropis Bakung telah dinyatakan melemah dan punah.
BMKG menyebutkan, siklon tersebut punah di wilayah Samudra Hindia, barat daya Lampung, sejak pukul 10.00 WIB.
BACA JUGA:Akankah PSSI Pecahkan Rekor Gaji demi John Herdman? Ini Estimasi Biaya Pelatih Eks Kanada
BACA JUGA:Pasca Geledah Kampung Ambon, Kepala BNN Suyudi Ario Seto - Shandy Aulia Diterpa Isu
Selain itu, tidak ditemukan indikasi adanya penguatan kembali atau potensi berkembang ulang dalam waktu dekat.
Meski demikian, sisa dampak tidak langsung dari siklon Bakung masih berpeluang memengaruhi pola cuaca di beberapa wilayah Indonesia.
Berbeda dengan Bakung, bibit siklon 93S masih terpantau aktif dan berada di wilayah selatan Jawa Timur.
BMKG menyebut bibit siklon ini memiliki peluang untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan.
Keberadaan bibit siklon 93S diperkirakan dapat memicu potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Pulau Jawa.
Wilayah yang perlu meningkatkan kewaspadaan antara lain Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Dampak yang mungkin terjadi meliputi hujan lebat, angin kencang, serta peningkatan tinggi gelombang laut.
Sejumlah perairan di sekitar Pulau Jawa juga diprediksi mengalami gelombang tinggi yang dapat mengganggu aktivitas pelayaran dan nelayan.
Sementara itu, bibit siklon 95S terdeteksi berada di wilayah Laut Arafura. BMKG menilai peluang bibit siklon ini untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan relatif lebih rendah dibandingkan bibit siklon 93S.
BACA JUGA:Profil John Herdman Kandidat Kuat Pelatih Timnas Indonesia,Punya Rekam Jejak Mentereng
Kendati demikian, keberadaan bibit siklon 95S tetap berpotensi menimbulkan dampak cuaca di wilayah sekitarnya.
BMKG memprakirakan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang berpotensi terjadi di Papua Selatan dan Maluku.
Selain itu, gelombang laut tinggi juga diperkirakan muncul di perairan Laut Arafura dan wilayah laut sekitarnya.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang dapat terjadi secara cepat.
Masyarakat diminta rutin memantau informasi cuaca terkini serta menghindari aktivitas berisiko tinggi, khususnya di wilayah laut dan pesisir.
Dengan kewaspadaan dan kesiapsiagaan, dampak dari keberadaan bibit siklon dan dinamika cuaca ekstrem diharapkan dapat diminimalkan. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: reportase


