Kisah Cerita Nakes Asal Bogor di Jerman, Temani Pasien dari Tak Sadarkan Diri Hingga Sembuh

Kisah Cerita Nakes Asal Bogor di Jerman, Temani Pasien dari Tak Sadarkan Diri Hingga Sembuh

SALAH satu tenaga kesehatan (nakes) asal Kabupaten Bogor yang bekerja di Jerman, Nazala Silmi Sabilla (25), membeberkan kisah-kisah berkesan bersama pasien menjadi tenaga kesehatan di sana. Silmi, panggilan akrabnya, menceritakan saat dirinya menemani pasien dari awal masuk RS hingga sembuh.

Baginya, momen itu membawa kesan tersendiri bagi Silmi.

“Jadi kayak udah kenal banget, udah tahu ritual dia sehari-hari. Jadi, pasien datang kita ‘kan harus merhatiin. Apalagi kalau di ICU,” ungkapnya, belum lama ini. Apalagi pasien di ICU, katanya, tidak bisa terlalu mengungkapkan mau apa dan bagaimana.

“Kalau sudah kenal sama pasiennya (kebiasaan, dan sebagainya, red), jadi lebih gampang untuk kerja,” jelasnya. Misalnya, tambahnya, pasien bangun tidur pukul berapa.

Lalu, sejauh apa bisa menggosok gigi dan dirinya sebagai perawat harus mencari tahu di bagian mana harus menolong pasien tersebut. “Terus udah gitu koneksinya udah ada. Misalnya, nemeninnya udah lama,” jelasnya.

Selama di Jerman, katanya, ia pernah mendapatkan pasien sudah tak sadarkan diri dan dalam kondisi tak bisa apapun saat datang ke RS tempatnya berkerja.

“2 minggu-an atau 10 hari, lupa. Aku nemenin. Aku nemenin dari dia mulai belajar ngomong lagi, belajar jalan lagi, belajar angkat kaki, angkat tangan, belajar makan. Makan aja dia udah gak sanggup, ‘kan. Sampai akhirnya dia sudah benar-benar bisa,” bebernya. Kemudian, katanya, pasien itu bisa ke stasiun biasa dan tak perlu di ICU lagi.

“Itu seru banget,” tegasnya. Ia mensyukuri kondisi sistem dan jaminan kesehatan di Jerman sangat bagus hingga bisa mengusahakan orang bertahan hidup terus menerus. “Intinya, ada semacam surat kuasa yang bisa diakui secara hukum, bisa melarang pihak medis untuk memperpanjang hidup pasien ini secara medis,” jelasnya.

Misalnya, katanya, tindakan RJP, atau dimasukkan ke ICU, atau diintubasi. “Banyak orang yang berpikir, tindakan tersebut hanya memperpanjang hidup tanpa meningkatkan kualitasnya,” tegasnya. Tambahnya lagi, mungkin hidupnya tidak berkualitas, namun bisa diperpanjang hidupnya.

Dan setiap pasien ketika memasuki rumah sakit, katanya, akan ditanyakan terkait tindakan medis tersebut saat hal genting terjadi pada pasien tersebut. “Menarik. Itu menarik buat aku. Jadi orang ‘kan mikir juga, moralnya menolong orang itu sampai mana. Apakah sesuai kemauan orang itu (pasien, red) ataukah kita sebagai nakes harus membantu orang itu hidup. Jadi, kayak, kesehatan itu apa? Kayak nyentil-nyentil gitu, ‘kan,” tegasnya.

Terangnya, sebenarnya kesehatan itu apakah ketika seseorang itu hidup lama atau ketika orang itu semua keinginannya terpenuhi ataupun ketika bahagia. “Atau ketika nilai darahnya bagus atau gimana, gitu,” tutupnya. (pojoksatu)

BACA JUGA:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: